Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memastikan produk susu formula dan makanan bayi yang diduga mengandung bakteri Enterobacter sakazakii oleh peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) jauh-jauh hari sudah ditarik dari pasaran. Penelitian yang dilakukan pun tidak terjadi saat ini, melainkan dalam kurun 2003 hingga 2006.
''Produk yang dimaksud sudah ditarik dari pasaran. BPOM meyakini saat ini tak ada lagi susu tercemar yang beredar di pasaran,'' ujar Kepala BPOM, Husniah Rubiana Thamrin Akib, Rabu (27/2) di Jakarta. Bahkan, katanya,
BPOM sudah melakukan pemeriksaan mikrobiologi terhadap sampel produk tersebut sepanjang 2007 untuk mendeteksi kemungkinan pencemaran. ''Kalau produk bersangkutan ada yang bermasalah, kita panggil produsennya dan minta mereka memperbaiki produknya.''
Selain pemeriksaan terhadap cemaran mikrobiologi berupa bakteri, termasuk bakteri penyebab diare (Salmonella sp, Eschericia colli, dan Enterobacter sakazakii), BPOM juga memeriksa kemungkinan cemaran kapang dan mikroorganisme pathogen lain pada produk-produk itu.
Namun, BPOM tak memublikasikan hasil pemeriksaan rutin itu ke publik. ''Karena standard operating procedure-nya (SOP) memang demikian, di mana-mana juga seperti itu.''
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Pangan Dunia (FAO), papar Husniah, merekomendasikan pemeriksaan cemaran Enterobacter sakazakii pada susu formula bubuk tahun 2005 karena sebelumnya ada laporan kejadian diare pada balita yang mengonsumsi susu tercemar Enterobacter di Jepang.
''Di Indonesia hingga saat ini belum ditemukan kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh Enterobacter sakazakii. Di sini penyebab utamanya Salmonella dan E colli,'' katanya.
Ketua Pergizi Pangan Indonesia, Hardinsyah, memperkuat BPOM. Dari 100 ribu bayi berusia di bawah satu tahun, hanya satu bayi yang kemungkinan terinfeksi bakteri Enterobacter. ''Di Inggris, sejak 1961 sampai 2003, hanya ada 48 kasus.''
Kendati kasus pencemaran oleh bakteri itu langka, namun warga kadung resah pada pemberitaan yang ada. ''Saya sekarang tidak tenang dan langsung menghentikan susu formula untuk anak saya,'' kata Vita (27 tahun), warga Kota Tasikmalaya yang baru melahirkan.
Kiat membunuh bakteri:
* Bakteri ini dapat dibunuh dengan air panas pada suhu 70 derajat Celcius, meski berakibat kehilangan dan kerusakan zat gizi pada susu formula.
* Botol susu harus selalu steril dengan merebus di air mendidih.
* Larutkan susu formula secukupnya, sehingga segera habis diminum bayi.
* Hindari melarutkan dalam jumlah banyak untuk diminum beberapa jam.
* Memperpendek waktu pemberian susu pada bayi, lebih baik dibuatkan berkali-kali dgn cara steril.
* Sebaiknya membeli susu formula dalam kemasan kecil, sehingga cepat habis. Bila kemasan besar, akan lama habis dan besar peluang tercemar Enterobacter sakazakii.
* Meningkatkan kewaspadaan akan sanitasi selama proses penyimpanan, penyiapan, dan pemberian susu formula pada bayi, termasuk peralatan, air, dan pihak terlibat.
Sumber: Ketua Pergizi Pangan
Bila bakteri Enterobacter sakazakii menyerang bayi, dapat mengakibatkan radang selaput otak, radang usus, gangguan neurologik bahkan kematian. Menurut WHO pada 2004, 20-50 persen penderita mengalami kematian.
Selain terdapat pada susu formula, bakteri ini bisa ditemukan juga di cokelat, kentang, sereal, dan di lingkungan lembab. Pada suhu kamar, jumlah bakteri berkembang dua kali lipat dalam 45 menit, dan pada suhu kulkas jumlahnya dobel dalam waktu 14 jam.
(eye/c62/mus/rig ) republika.co.id
''Produk yang dimaksud sudah ditarik dari pasaran. BPOM meyakini saat ini tak ada lagi susu tercemar yang beredar di pasaran,'' ujar Kepala BPOM, Husniah Rubiana Thamrin Akib, Rabu (27/2) di Jakarta. Bahkan, katanya,
BPOM sudah melakukan pemeriksaan mikrobiologi terhadap sampel produk tersebut sepanjang 2007 untuk mendeteksi kemungkinan pencemaran. ''Kalau produk bersangkutan ada yang bermasalah, kita panggil produsennya dan minta mereka memperbaiki produknya.''
Selain pemeriksaan terhadap cemaran mikrobiologi berupa bakteri, termasuk bakteri penyebab diare (Salmonella sp, Eschericia colli, dan Enterobacter sakazakii), BPOM juga memeriksa kemungkinan cemaran kapang dan mikroorganisme pathogen lain pada produk-produk itu.
Namun, BPOM tak memublikasikan hasil pemeriksaan rutin itu ke publik. ''Karena standard operating procedure-nya (SOP) memang demikian, di mana-mana juga seperti itu.''
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Pangan Dunia (FAO), papar Husniah, merekomendasikan pemeriksaan cemaran Enterobacter sakazakii pada susu formula bubuk tahun 2005 karena sebelumnya ada laporan kejadian diare pada balita yang mengonsumsi susu tercemar Enterobacter di Jepang.
''Di Indonesia hingga saat ini belum ditemukan kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh Enterobacter sakazakii. Di sini penyebab utamanya Salmonella dan E colli,'' katanya.
Ketua Pergizi Pangan Indonesia, Hardinsyah, memperkuat BPOM. Dari 100 ribu bayi berusia di bawah satu tahun, hanya satu bayi yang kemungkinan terinfeksi bakteri Enterobacter. ''Di Inggris, sejak 1961 sampai 2003, hanya ada 48 kasus.''
Kendati kasus pencemaran oleh bakteri itu langka, namun warga kadung resah pada pemberitaan yang ada. ''Saya sekarang tidak tenang dan langsung menghentikan susu formula untuk anak saya,'' kata Vita (27 tahun), warga Kota Tasikmalaya yang baru melahirkan.
Kiat membunuh bakteri:
* Bakteri ini dapat dibunuh dengan air panas pada suhu 70 derajat Celcius, meski berakibat kehilangan dan kerusakan zat gizi pada susu formula.
* Botol susu harus selalu steril dengan merebus di air mendidih.
* Larutkan susu formula secukupnya, sehingga segera habis diminum bayi.
* Hindari melarutkan dalam jumlah banyak untuk diminum beberapa jam.
* Memperpendek waktu pemberian susu pada bayi, lebih baik dibuatkan berkali-kali dgn cara steril.
* Sebaiknya membeli susu formula dalam kemasan kecil, sehingga cepat habis. Bila kemasan besar, akan lama habis dan besar peluang tercemar Enterobacter sakazakii.
* Meningkatkan kewaspadaan akan sanitasi selama proses penyimpanan, penyiapan, dan pemberian susu formula pada bayi, termasuk peralatan, air, dan pihak terlibat.
Sumber: Ketua Pergizi Pangan
Bila bakteri Enterobacter sakazakii menyerang bayi, dapat mengakibatkan radang selaput otak, radang usus, gangguan neurologik bahkan kematian. Menurut WHO pada 2004, 20-50 persen penderita mengalami kematian.
Selain terdapat pada susu formula, bakteri ini bisa ditemukan juga di cokelat, kentang, sereal, dan di lingkungan lembab. Pada suhu kamar, jumlah bakteri berkembang dua kali lipat dalam 45 menit, dan pada suhu kulkas jumlahnya dobel dalam waktu 14 jam.
(eye/c62/mus/rig ) republika.co.id