Bisa jadi, sebagian orang kaya di Indonesia cukup senang memandangi Majalah Forbes edisi Maret ini. Dari 1.025 orang yang masuk daftar orang paling kaya di planet ini versi Forbes, cuma lima orang Indonesia yang berada di sana.
Maklum saja, orang kaya Indonesia biasanya tak begitu girang jika namanya ada di daftar semacam ini. Bisa-bisa situasi malah makin runyam. Contohnya, keluarga Aburizal Bakrie yang sempat menjadi kontroversi gara-gara semburan lumpur Lapindo. Tentu tak enak rasanya jika keluarga Bakrie masuk daftar orang terkaya, sementara korban lumpur masih sengsara
Sedangkan lima orang kaya Indonesia yang "kurang beruntung" masuk daftar itu, tiga di antaranya memang langganan. Yakni, Sukanto Tanoto di urutan 284 (US$ 3,8 miliar), Michael dan Budi Hartono di urutan 605 (masing-masing US$ 2 miliar). Dua lainnya terbilang baru yakni Martua Sitorus di urutan 652 (US$ 1,9 miliar) dan Peter Sondakh di urutan 962 (US$ 1,2 miliar).
Sedangkan beberapa taipan terkenal Indonesia yang beberapa tahun terakhir ini menjadi langganan daftar orang terkaya dunia, tiba-tiba lenyap. Sebut saja, Putra Sampoerna, Eka Tjipta Widjaja, Eddy William Katuari, Anthony Salim, Mochtar Riady, dan tertutama Aburizal Bakrie yang akhir tahun lalu memuncaki daftar orang terkaya di Indonesia versi Forbes Asia.
Ke mana mereka? Ini memang pertanyaan yang menggelitik. Desember 2007 lalu, misalnya, majalah itu mencantumkan keluarga Aburizal Bakrie sebagai orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan sebesar US$ 5,4 miliar, melewati Sukanto (US$ 4,7 miliar) dan keluarga Hartono (Budi US$ 3,14 miliar dan Michael US$ 3,08 miliar). Keluarga Widjaja dan Sampoerna yang akhir tahun lalu diyakini Forbes memiliki kekayaan masingmasing di atas US$ 2 miliar juga lenyap begitu saja. Bisa saja ada dalih, dalam tiga bulan terakhir, jumlah harta orang kaya Indonesia ini turun drastis.
Membandingkan daftar Forbes dua tahun terakhir, angka kekayaan di situ memang terlihat naik turun. Tengok saja, dibanding Desember lalu, nilai kekayaan Sukanto, bos Raja Garuda Mas itu, terbilang anjlok, karena tercatat hanya US$ 4,7 miliar. Per Maret, kekayaan anjlok jadi US$ 3,8 miliar.
Nasib serupa juga menimpa keluarga Hartono. Desember lalu, kekayaan mereka masih di atas US$ 3 miliar, kini merosot US$ 2 miliar. Martua dan Peter cuma turun tipis. Desember lalu, kantong Martua setebal US$ 2,1 miliar, tapi Forbes memperkirakan hartanya adalah sebesar US$ 1,9 miliar. Peter semula US$ 1,45 miliar, turun jadi US$ 1,2 miliar.
Kalau nama Bakrie sekarang tak ada, apakah memang kekayaannya merosot drastis? Rasanya kok tidak. Satu indikator saja, nilai pasar PT Bumi Resources, salah satu unit usaha Bakrie, naik terus sejalan dengan kenaikan harga batubara. Harga saham BUMI per 2 Januari 2007 masih Rp 910. Pada penutupan perdagangan Kamis (6/3) lalu, harga BUMI mencapai Rp 6.850 per saham. Kenaikannya mencapai 750%!