Roy Suryo mengaku menemukan arsip sejarah berupa film tentang Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Bukan teks aslinya, melainkan sebuah film yang menayangkan naskah Supersemar versi yang lain dari versi yang selama ini dikenal masyarakat.
Saya pertama kali mendengar pengakuannya Selasa pekan lalu dalam acara rekaman tayangan Republik Mimpi di Metro TV. Setelah itu, saya baca beritanya di koran Suara Merdeka edisi Minggu, 19 Agustus 2007.
Roy Suryo menyebut penemuan terbarunya dengan istilah Superbagong. Terus terang saya penasaran karena ini menyangkut misteri lenyapnya teks asli Supersemar. Padahal surat itulah yang menjadi pegangan Soeharto untuk mengubah sejarah republik ini.
Saya lalu menghubungi kembali Roy Suryo tadi malam. Begini petikan percakapan saya dengan dia:
Saya: Kamu menyebut soal Superbagong waktu kita rekaman untuk Republik Mimpi tempo hari? Apa maksudmu?
Roy: Oh itu soal penemuan terbaruku. Kali ini ndak pakai yayasan mana pun seperti yang dulu, kapok aku. Hehehe … Aku mendapat dua film seluloid. Yang satu film tentang pidato Soekarno pada 17 Agustus 1966 yang menyatakan dengan tegas bahwa Surat Perintah Sebelas Maret untuk Soeharto itu bukan berisi perintah pengalihan kekuasaan melainkan surat mandat untuk Soeharto agar mengamankan keadaan waktu itu.
Saya: Apa isi film kedua?
Roy : Film yang menunjukkan Surat Perintah Sebelas Maret yang berbeda dari yang kita kenal selama ini. Dalam film itu ada shot kamera dari atas ke bawah yang menunjukkan Supersemar, yang ternyata isinya berbeda dari Supersemar yang selama ini diketahui masyarakat?
Saya: Sik-sik… jadi kamu menemukan filmnya ya, bukan suratnya?
Roy: Betul. Filmnya saja.
Saya: Lah, memangnya Supersemar yang asli ada di mana?
Roy: Aku juga ndak tahu.
Saya: Oke. Pertanyaan terakhir, dari mana kamu menemukan dua film itu? YouTube? Leiden?
Roy: Hahaha … bukan. Aku belum bisa mengatakan. Nanti kalau sudah dikonfirmasi pihak lain, aku kasih tahu. Yang jelas, film itu selama ini tersimpan di suatu tempat. [di Suara Merdeka disebutkan bahwa Roy menemukannya di Arsip Nasional]
Saya: Oke. Thanks.
Seandainya yang dikatakan Roy benar, ini jelas penemuan penting yang berpotensi meluruskan sejarah Indonesia modern. Hingga saat ini, naskah Supersemar yang asli dan diteken Bung Karno itu entah ada di mana. Padahal seharusnya dokumen asli itu disimpan di arsip Sekretariat Negara.
Ada versi yang menyebutkan bahwa setelah dibaca Jenderal Soeharto, surat itu kemudian diserahkan pada Brigadir Jenderal Ibnu Subroto yang waktu itu menjabat Kepala Pusat Penerangan Angkatan Darat. Maksudnya untuk diperbanyak dan disebarkan pada media massa. Tapi setelah diperbanyak, rupanya surat autentik ini “menghilang” sampai kini.
Saya lebih suka menyerahkan soal ini kepada ahlinya, para ahli sejarah misalnya. Biarlah mereka meneliti keaslian naskah Supersemar seperti dalam film dokumenter di tangan Roy.
Suka tak suka, apa yang diklaim oleh Roy perlu ditindaklanjuti. Siapa tahu dia benar dan bukan hanya sedang ingin mencari sensasi. Mungkin juga sebaliknya. Kita tak akan pernah tahu mana yang benar tanpa membuktikannya. Masalahnya, siapa yang mau?
Bagaimana menurut Anda?
oleh: Wicaksono ( wikimu )