Dulu, bertahun-tahun lalu, aku pernah kecanduan TV. Selalu ada saja acara yang ditunggu untuk ditonton, mulai dari sinetron, film lepas, kartun, apapunlah… Kotak ajaib itu ternyata begitu mudah menyihir orang untuk terpaku dan melupakan waktu. Bahkan di kontrakan bocah kayak Markaz sekalipun.
Kalo aku lagi males ke kampus dulu, bisa jadi salah satu penyebabnya adalah nonton TV. Bayangin aja, 2 semester yang lalu aku hafal banget kalo pagi-pagi itu ada dua acara berita olahraga (Sport 7 dan LensOR), dilanjutin SitKom “OB” trus dilanjutin sama “Ngelenong Yuk..” trus “Good Morning”. Kalo udah gitu, walau handuk sudah dari subuh melilit di leher, tetep aja mandinya ketunda-tunda. Kadang-kadang sih akhirnya mandi juga… tapi super kilat, trus udah gitu tetep aja nongkrong didepan TV dengan masih ber-handuk-ria. Pokoknya mah… parah lah!
Itu belum lagi sama tayangan infotainment. Heran juga ya… kok bisa-bisanya walopun temen-temenku (aku sih nyantai-nyantai aja…) pada punya kesibukan seabreg, tapi tetep aja bisa-bisanya ngikutin gosip kayak Peterpan bubar lah…, si Ini selingkuh lah…, si Itu cerai lah… garing!! Bahkan pas kemarin lagi persiapan nikahan Akh Haldi ada aja ikhwan yang nyeletuk “Cristina yang penyanyi dangdut itu turun *bla…bla… * kilo lho abis nikah… Artis udah kurus gitu, gimana tuh kalo turun berat badan lagi? Gak bahagia ya nikahnya? Ckckck… *sambil geleng-geleng*”.
Intinya mah… ternyata TV pun bisa BERBAHAYA, baik bagi kelangsungan akademik, pekerjaan bahkan rumah tangga (Jangan sampe deh bunuh-bunuhan gara-gara rebutan remot dan channel). Banyak sih acara yang insyaAllah bermanfaat, tapi yang mudharatnya pun juga *lebih* banyak. Apalagi kalo udah sampe taraf melalaikan waktu. Makanya butuh ada strategi dalam menghadapi si Kotak ajaib itu.
Mungkin aku bisa share beberapa tips yang sekarang aku jalani, agar kita bisa mengelola TV agar lebih besar manfaatnya dari pada mudharatnya.
1. Sibukkan diri dengan berbagai aktivitas alternatif yang dianggap lebih produktif / mengasah kemampuan, misalnya ngeblog.
Kalo aku, sekarang memang lagi mencoba meniatkan untuk selalu bikin artikel at least 4-5 kali seminggu. Kadang aku posting semuanya diblog, ada juga yang memang khusus konsumsi renungan pribadi.
Googling atau browsing untuk beberapa hal yang kita butuhkan kadang lebih produktif ketimbang melihat di TV yang waktunya berjalan terus dan nggak bisa di replay (Terutama kalo punya fasilitas internet gratisan *or at least* murah, kayak di kampus).
2. Pilih hanya beberapa program yang memberikan paling banyak manfaat.
Kalo masalah suka… aku mah sebenarnya omnivor… dari berita sampe sinetron, kalo masalah pengen nonton sih pengen. Tapi kita semua tau kalo nggak semuanya cukup valuable untuk ditonton. Diantara tontonan selain berita, yang buat aku pribadi valuable adalah acara memasak atau reality show terkait kuliner, terutama masakan asing.
Sebagai contoh, hari ahad 2 minggu lalu aku nonton acara kuliner yang mengupas makanan khas di India. Ada satu masakan yang cara masaknya nggak biasa, yaitu Biryani (Nasi yang dimasak dengan daging dalam kuah berbumbu, bumbunya pun unik karena pake kunyit yang dicampur curd/dadih segala) peninggalan kesultanan Moghul. Ada juga soal budaya makan bersama bagi peziarah sebuah kuil hindu, yang seperti kita tahu nggak makan daging sehingga cenderung vegetarian atau berbahan ikan. Uniknya, seorang penghuni kuil baru boleh melayani makanan peziarah didapur jika telah beberapa tahun menghuni kuil itu.
Tontonan lain yang cukup inspiring adalah Talkshownya Oprah Winfrey, tapi nggak semua episode. Kalo di indonesia mungkin minimal sekelas Kick Andy lah. Banyak hal yang bisa diserap dari acara berformat seperti itu. Tapi nggak semua juga sih… buat aku acara Thukul “empat mata” sama sekali nggak penting untuk ditonton. Cuma orang yang ‘menjual dirinya’ serendah-rendahnya biar orang tertawa, gak lebih!
3.Pasang niat yang lurus bahwa kita didepan TV untuk belajar dan menyerap Informasi… jangan lupa baca basmalah & Ta’awudz kalo perlu.
Niat, secara tidak langsung membantu kita menset otak untuk menyerap informasi dengan optimal. Jadi semakin banyak hal yang bisa diserap, hatta dari sebuah tontonan singkat.
4. Bawa buku catatan plus alat tulis untuk mengingatkan kita sama niat belajar tadi. Azamkan diri kita untuk mencatat berbagai hal yang kita anggap penting.
Ini sebenarnya nggak sering aku lakukan, tapi biasanya begitu ada info resep ato masakan yang unik *misalnya* aku langsung buru-buru ngambil buku catatanku dari tas, terus dicatet sedapet-dapetnya.
Sementara itu sih yang bisa aku share… sedikiiit… semoga bisa memberi inspirasi buat kita agar lebih selektif lagi dalam memilih tontonan. Karena sedikit banyak berpengaruh pada cara pandang kita terhadap kehidupan. Ada kata-kata bijak, kualitas suatu kaum dapat diukur dari isi obrolannya. Baghdad dengan mudah ditaklukkan oleh Mongol karena kualitas bahan pembicaraan masyarakatnya sudah jauh menurun drastis dibandingkan dengan zaman pemerintahan.
Kalo aku lagi males ke kampus dulu, bisa jadi salah satu penyebabnya adalah nonton TV. Bayangin aja, 2 semester yang lalu aku hafal banget kalo pagi-pagi itu ada dua acara berita olahraga (Sport 7 dan LensOR), dilanjutin SitKom “OB” trus dilanjutin sama “Ngelenong Yuk..” trus “Good Morning”. Kalo udah gitu, walau handuk sudah dari subuh melilit di leher, tetep aja mandinya ketunda-tunda. Kadang-kadang sih akhirnya mandi juga… tapi super kilat, trus udah gitu tetep aja nongkrong didepan TV dengan masih ber-handuk-ria. Pokoknya mah… parah lah!
Itu belum lagi sama tayangan infotainment. Heran juga ya… kok bisa-bisanya walopun temen-temenku (aku sih nyantai-nyantai aja…) pada punya kesibukan seabreg, tapi tetep aja bisa-bisanya ngikutin gosip kayak Peterpan bubar lah…, si Ini selingkuh lah…, si Itu cerai lah… garing!! Bahkan pas kemarin lagi persiapan nikahan Akh Haldi ada aja ikhwan yang nyeletuk “Cristina yang penyanyi dangdut itu turun *bla…bla… * kilo lho abis nikah… Artis udah kurus gitu, gimana tuh kalo turun berat badan lagi? Gak bahagia ya nikahnya? Ckckck… *sambil geleng-geleng*”.
Intinya mah… ternyata TV pun bisa BERBAHAYA, baik bagi kelangsungan akademik, pekerjaan bahkan rumah tangga (Jangan sampe deh bunuh-bunuhan gara-gara rebutan remot dan channel). Banyak sih acara yang insyaAllah bermanfaat, tapi yang mudharatnya pun juga *lebih* banyak. Apalagi kalo udah sampe taraf melalaikan waktu. Makanya butuh ada strategi dalam menghadapi si Kotak ajaib itu.
Mungkin aku bisa share beberapa tips yang sekarang aku jalani, agar kita bisa mengelola TV agar lebih besar manfaatnya dari pada mudharatnya.
1. Sibukkan diri dengan berbagai aktivitas alternatif yang dianggap lebih produktif / mengasah kemampuan, misalnya ngeblog.
Kalo aku, sekarang memang lagi mencoba meniatkan untuk selalu bikin artikel at least 4-5 kali seminggu. Kadang aku posting semuanya diblog, ada juga yang memang khusus konsumsi renungan pribadi.
Googling atau browsing untuk beberapa hal yang kita butuhkan kadang lebih produktif ketimbang melihat di TV yang waktunya berjalan terus dan nggak bisa di replay (Terutama kalo punya fasilitas internet gratisan *or at least* murah, kayak di kampus).
2. Pilih hanya beberapa program yang memberikan paling banyak manfaat.
Kalo masalah suka… aku mah sebenarnya omnivor… dari berita sampe sinetron, kalo masalah pengen nonton sih pengen. Tapi kita semua tau kalo nggak semuanya cukup valuable untuk ditonton. Diantara tontonan selain berita, yang buat aku pribadi valuable adalah acara memasak atau reality show terkait kuliner, terutama masakan asing.
Sebagai contoh, hari ahad 2 minggu lalu aku nonton acara kuliner yang mengupas makanan khas di India. Ada satu masakan yang cara masaknya nggak biasa, yaitu Biryani (Nasi yang dimasak dengan daging dalam kuah berbumbu, bumbunya pun unik karena pake kunyit yang dicampur curd/dadih segala) peninggalan kesultanan Moghul. Ada juga soal budaya makan bersama bagi peziarah sebuah kuil hindu, yang seperti kita tahu nggak makan daging sehingga cenderung vegetarian atau berbahan ikan. Uniknya, seorang penghuni kuil baru boleh melayani makanan peziarah didapur jika telah beberapa tahun menghuni kuil itu.
Tontonan lain yang cukup inspiring adalah Talkshownya Oprah Winfrey, tapi nggak semua episode. Kalo di indonesia mungkin minimal sekelas Kick Andy lah. Banyak hal yang bisa diserap dari acara berformat seperti itu. Tapi nggak semua juga sih… buat aku acara Thukul “empat mata” sama sekali nggak penting untuk ditonton. Cuma orang yang ‘menjual dirinya’ serendah-rendahnya biar orang tertawa, gak lebih!
3.Pasang niat yang lurus bahwa kita didepan TV untuk belajar dan menyerap Informasi… jangan lupa baca basmalah & Ta’awudz kalo perlu.
Niat, secara tidak langsung membantu kita menset otak untuk menyerap informasi dengan optimal. Jadi semakin banyak hal yang bisa diserap, hatta dari sebuah tontonan singkat.
4. Bawa buku catatan plus alat tulis untuk mengingatkan kita sama niat belajar tadi. Azamkan diri kita untuk mencatat berbagai hal yang kita anggap penting.
Ini sebenarnya nggak sering aku lakukan, tapi biasanya begitu ada info resep ato masakan yang unik *misalnya* aku langsung buru-buru ngambil buku catatanku dari tas, terus dicatet sedapet-dapetnya.
Sementara itu sih yang bisa aku share… sedikiiit… semoga bisa memberi inspirasi buat kita agar lebih selektif lagi dalam memilih tontonan. Karena sedikit banyak berpengaruh pada cara pandang kita terhadap kehidupan. Ada kata-kata bijak, kualitas suatu kaum dapat diukur dari isi obrolannya. Baghdad dengan mudah ditaklukkan oleh Mongol karena kualitas bahan pembicaraan masyarakatnya sudah jauh menurun drastis dibandingkan dengan zaman pemerintahan.