Setelah kereta listrik, busway menjadi tempat yang nyaman bagi pria-pria maniak di Jakarta untuk melakukan hal-hal yang berbau melecehkan. Tapi memang, semua kejadian yang terjadi di busway maupun kereta api berlangsung ketika kondisi di dalam kendaraan umum andalan masyarakat ini padat, biasanya pada jam-jam pergi dan pulang kantor.Menurut keterangan salah satu petugas di koridor I, biasanya bentuk-bentuk tindakan yang dapat dikategorikan pelecehan di busway seperti laki-laki menempelkan atau menggesekkan bagian vitalnya ke tubuh si perempuan.
Bahkan di salah satu koridor pernah ada yang sampai berani membuka resleting celananya. “Biasanya kalau lagi rame, ya mohon maaf, paling esek-esek gitu. Tapi, waktu itu saya pernah ditugaskan di koridor 4, ada yang ngelapor ada yang buka-bukaan gitu di bagian belakang bus,” ujar petugas yang enggan disebutkan namanya tersebut.
Singkat cerita, katanya, perempuan itu tidak teriak. Dia melapor ketika hendak turun saja. Namun, menurut petugas itu, kalaupun perempuan itu teriak, dia akan bingung mengambil tindakan. “Saya mau ngambil tindakan apa coba, pidananya apa? Saya biasanya paling cuma lihat terus ke arah itu untuk mengingatkan, atau saya agak cerewet nyuruh cewek-cewek itu untuk masuk ke bagian depan, eh tapi seringnya saya dikatain galak,” tambahnya.
Tanggapan serupa ternyata juga dialami oleh Mulyanto, salah satu petugas busway di koridor 4. Menurutnya, memang tugas mereka adalah melindungi dan memberi rasa nyaman kepada penumpang, namun seringkali justru penumpang yang salah mengerti. “Kalau bis rame banget, itu salah siapa coba. Kita kan sudah larang banyak-banyak masuk tapi justru mereka yang lebih galakan,” ujar Mulyanto.
Mulyanto mengatakan terealisasinya bus khusus perempuan sebaiknya didahului oleh penambahan armada di masing-masing koridor. Menurutnya, koridor Ragunan-Dukuh Atas yang tergolong ramai hanya dilengkapi 31 armada. Jauh lebih sedikit daripada koridor Blok M-Kota yang memiliki kira-kira 90 armada per harinya.
Terhindarnya perempuan dari pelecehan di kendaraan umum memang tergantung dari kerja sama masyarakat dan pengusaha kendaraan umum dalam menciptakan kenyamanan. Namun yang paling penting, perempuan harus tetap waspada menjaga dirinya sendiri.
Sumber : KOMPAS
Bahkan di salah satu koridor pernah ada yang sampai berani membuka resleting celananya. “Biasanya kalau lagi rame, ya mohon maaf, paling esek-esek gitu. Tapi, waktu itu saya pernah ditugaskan di koridor 4, ada yang ngelapor ada yang buka-bukaan gitu di bagian belakang bus,” ujar petugas yang enggan disebutkan namanya tersebut.
Singkat cerita, katanya, perempuan itu tidak teriak. Dia melapor ketika hendak turun saja. Namun, menurut petugas itu, kalaupun perempuan itu teriak, dia akan bingung mengambil tindakan. “Saya mau ngambil tindakan apa coba, pidananya apa? Saya biasanya paling cuma lihat terus ke arah itu untuk mengingatkan, atau saya agak cerewet nyuruh cewek-cewek itu untuk masuk ke bagian depan, eh tapi seringnya saya dikatain galak,” tambahnya.
Tanggapan serupa ternyata juga dialami oleh Mulyanto, salah satu petugas busway di koridor 4. Menurutnya, memang tugas mereka adalah melindungi dan memberi rasa nyaman kepada penumpang, namun seringkali justru penumpang yang salah mengerti. “Kalau bis rame banget, itu salah siapa coba. Kita kan sudah larang banyak-banyak masuk tapi justru mereka yang lebih galakan,” ujar Mulyanto.
Mulyanto mengatakan terealisasinya bus khusus perempuan sebaiknya didahului oleh penambahan armada di masing-masing koridor. Menurutnya, koridor Ragunan-Dukuh Atas yang tergolong ramai hanya dilengkapi 31 armada. Jauh lebih sedikit daripada koridor Blok M-Kota yang memiliki kira-kira 90 armada per harinya.
Terhindarnya perempuan dari pelecehan di kendaraan umum memang tergantung dari kerja sama masyarakat dan pengusaha kendaraan umum dalam menciptakan kenyamanan. Namun yang paling penting, perempuan harus tetap waspada menjaga dirinya sendiri.
Sumber : KOMPAS