Yakinkah Anda bahwa pesawat kertas bisa melesat hingga luar angkasa layaknya sebuah pesawat ulang alik? Kedengarannya mustahil, namun para peneliti Jepang memastikannya sebagai hal yang mungkin.
Bahkan, bukan tidak mungkin kertas akan menjadi bahan baku pesawat antariksa di masa datang. Para ilmuwan dari Universitas Tokyo, Jepang akan menguji peluncuran pesawat kertas pertamanya dari stasiun antariksa internasional (ISS) dan mengamatinya apakah dapat mendarat dengan selamat ke permukaan Bumi.
Pesawat kertas yang akan diterbangkan dari luar angkasa didesain bersama tim dari Asosiasi Seni Pesawat Origami Jepang. Produk seni origami (melipat kertas) sepanjang 20 centimeter itu telah lolos uji coba di lorong angin. Pesawat kecil dari kertas khusus yang dilapisi zat anti-air dan anti-panas itu tahan selama 10 detik di suhu 200 derajat Celcius dan tekanan angin 7 mach atau tujuh kali lipat dari kecepatan suara.
"Pesawat kertas sangat ringan sehingga bergerak perlahan saat udara renggang dan secara bertahap turun," kata Shinji Suzuki, seorang profesor teknik penerbangan di sana, saat memamerkan model pesawat kertas tersebut, Rabu (6/2). Ia sedang mengembangkan perangkat kecil yang akan ditempelkan untuk melacak pergerakannya.
Secara teori, pesawat dari kertas lebih ringan daripada pesawat ulang alik sehingga tidak menghadapi masalah panas karena gesekan udara yang harus dihadapi saat menembus atmosfer. Kertas juga bebas dari deteksi radar. Suzuki dan timnya sedang mempelajari kemungkinan pemanfaatan teknologi dari kertas untuk membangun pesawat antariksa, khsusunya yang tak berawak.
Pesawat kertas pertama akan diluncurkan astronot Jepang yang berangkat ke orbit pada penerbangan tahun ini. Mungkin membutuhkan waktu beberapa bulan untuk mendarat ke Bumi dan tidak dapat diprediksi di mana pesawat kertas itu akan mendarat.
"Ia akan menjadi versi antariksa untuk pesan dalam botol. Akan sangat hebat jika seseorang mendapatkannya," kata Suzuki. Jadi, dalam pesawat kertas tersebut akan diberi tulisan 'jika menemukan, silakan kontak kami' dalam berbagai bahasa.(REUTERS)