Do`a Yang Mengancam, salah satu cerita pendek (cerpen) terbaik harian Kompas pada 2001, bakal diangkat ke layar lebar, dan akan digarap sutradara Hanung Bramantyo.
Cerita film dengan genre komedi-religi ini memang bermula dari sebuah cerpen. Karya Jujur Prananto ini pada tahun 2001, masuk dalam daftar "Kumpulan Cerpen Terbaik Kompas". Butuh waktu yang cukup lama, kata Jujur, untuk mengamini permintaan pengembangan tulisannya itu ke sebuah bentuk skenario untuk konsumsi film layar lebar.
"Saya sendiri ragu-ragu untuk menyodorkannya untuk jadi film. Karena ini film surealis dan sangat serius sekali," tutur Jujur, Rabu (23/4), di Jakarta.
Do`a Yang Mengancam, kata Jujur, pernah diminta untuk diangkat dalam bentuk film televisi. Namun ongkos untuk menggarap syuting untuk produksi layar kaca, bakal meroket. Alur cerita yang ditawarkan di dalam cerpennya itu, mengharuskan rumah produksi untuk mengambil gambar di banyak lokasi, sehingga diperkirakan bakal menyedot biaya yang tinggi, untuk sebuah karya layar kaca.
Sementara Hanung, yang belakangan sukses dengan film Ayat-Ayat Cinta, mengklaim bahwa cerpen milik Jujur Prananto ini merupakan sebuah karya sesuai dengannya, dalam kapasitasnya sebagai sutradara. "Ketika saya membaca (skenario Do`a Yang Mengancam), saya sudah bisa merasakan bahwa ini `film saya`," katanya.
Kecocokan yang dirasakan pada skenario ini, tambah Hanung, bahkan melebihi beberapa film-film yang pernah dibesutnya. "Even itu Brownies atau Jomblo. Saya merasa bahwa itu `bukan film saya`," ujarnya.
Padahal, pada tahun 2005, Hanung berhasil menoreh prestasi sebagai "Sutradara Terbaik" di Festival Film Indonesia 2005, melalui film Brownies.
Film yang baru mulai syuting pada hari ini, secara garis besar menggambarkan kehidupan seorang buruh bongkar muat, Madrim, yang diperankan komedian Aming. Madrim berkali-kali mengancam Tuhan lantaran kecewa dengan kehidupan yang dijalaninya. Karena tak kunjung hidup berkecukupan, Istri Madrim, Leha (Titi Kamal), minggat meninggalkannya.
Untungnya, Madrim masih memiliki seorang sahabat, Kadir (Ramzi), yang setia menjadi tempat curahan keluh kesahnya. Namun, segudang nasehat Kadir tak dihiraukannya, hingga puncaknya Madrim pun mengancam Tuhan.
Kisah Madrim dengan keberadaannya yang hidup di kawasan kumuh ini, kata Hanung, adalah salah satu upaya dari cerita film ini untuk menggambarkan bahwa Tuhan ada di mana-mana. "Kita tidak bicara Tuhan ada di (Masjid) Istiqlal. Kita bicara Tuhan ada di masjid yang butut, di kios ayam atau di pasar. Kita bicara bahwa ada nafas-nafas Tuhan di tempat yang kumuh, bau, dan kotor," papar Hanung.
Selain Aming, Titi, dan Ramzi, film yang akan direkam dengan kamera 35 mm ini juga bakal diramaikan sejumlah pemain film senior, seperti Nani Wijaya, Deddy Sutomo, dan Jojon. Menurut siaran pers SinemArt --rumah produksi film ini-- Do`a Yang Mengancam akan dirilis pada tahun ini. [EL]
Cerita film dengan genre komedi-religi ini memang bermula dari sebuah cerpen. Karya Jujur Prananto ini pada tahun 2001, masuk dalam daftar "Kumpulan Cerpen Terbaik Kompas". Butuh waktu yang cukup lama, kata Jujur, untuk mengamini permintaan pengembangan tulisannya itu ke sebuah bentuk skenario untuk konsumsi film layar lebar.
"Saya sendiri ragu-ragu untuk menyodorkannya untuk jadi film. Karena ini film surealis dan sangat serius sekali," tutur Jujur, Rabu (23/4), di Jakarta.
Do`a Yang Mengancam, kata Jujur, pernah diminta untuk diangkat dalam bentuk film televisi. Namun ongkos untuk menggarap syuting untuk produksi layar kaca, bakal meroket. Alur cerita yang ditawarkan di dalam cerpennya itu, mengharuskan rumah produksi untuk mengambil gambar di banyak lokasi, sehingga diperkirakan bakal menyedot biaya yang tinggi, untuk sebuah karya layar kaca.
Sementara Hanung, yang belakangan sukses dengan film Ayat-Ayat Cinta, mengklaim bahwa cerpen milik Jujur Prananto ini merupakan sebuah karya sesuai dengannya, dalam kapasitasnya sebagai sutradara. "Ketika saya membaca (skenario Do`a Yang Mengancam), saya sudah bisa merasakan bahwa ini `film saya`," katanya.
Kecocokan yang dirasakan pada skenario ini, tambah Hanung, bahkan melebihi beberapa film-film yang pernah dibesutnya. "Even itu Brownies atau Jomblo. Saya merasa bahwa itu `bukan film saya`," ujarnya.
Padahal, pada tahun 2005, Hanung berhasil menoreh prestasi sebagai "Sutradara Terbaik" di Festival Film Indonesia 2005, melalui film Brownies.
Film yang baru mulai syuting pada hari ini, secara garis besar menggambarkan kehidupan seorang buruh bongkar muat, Madrim, yang diperankan komedian Aming. Madrim berkali-kali mengancam Tuhan lantaran kecewa dengan kehidupan yang dijalaninya. Karena tak kunjung hidup berkecukupan, Istri Madrim, Leha (Titi Kamal), minggat meninggalkannya.
Untungnya, Madrim masih memiliki seorang sahabat, Kadir (Ramzi), yang setia menjadi tempat curahan keluh kesahnya. Namun, segudang nasehat Kadir tak dihiraukannya, hingga puncaknya Madrim pun mengancam Tuhan.
Kisah Madrim dengan keberadaannya yang hidup di kawasan kumuh ini, kata Hanung, adalah salah satu upaya dari cerita film ini untuk menggambarkan bahwa Tuhan ada di mana-mana. "Kita tidak bicara Tuhan ada di (Masjid) Istiqlal. Kita bicara Tuhan ada di masjid yang butut, di kios ayam atau di pasar. Kita bicara bahwa ada nafas-nafas Tuhan di tempat yang kumuh, bau, dan kotor," papar Hanung.
Selain Aming, Titi, dan Ramzi, film yang akan direkam dengan kamera 35 mm ini juga bakal diramaikan sejumlah pemain film senior, seperti Nani Wijaya, Deddy Sutomo, dan Jojon. Menurut siaran pers SinemArt --rumah produksi film ini-- Do`a Yang Mengancam akan dirilis pada tahun ini. [EL]