Remaja yang melihat dan mendengar banyak hal berbau seks melalui media bisa jadi lebih banyak hampir dua kali lipat untuk mengalami hubungan seksual di luar pernikahan dibanding mereka yang jarang terekspos pada tayangan media berbau seks. Demikian berdasarkan studi terbaru yang dipublikasi jurnal kesehatan Pediatrics.
Studi menunjukkan bahwa anak usia 12-14 tahun yang terekspos pada hal-hal berbau seksual melalui film, musik, majalah dan televisi ternyata 2,2 kali lipat lebih banyak menjalani hubungan seksual ketika diwawancarai ulang dua tahun setelahnya dibanding rekannya yang lebih sedikit melihat tayangan media atau memiliki diet terhadap media berbau seks.
Bagaimanapun, hubungan antara muatan seksual di media dengan seks remaja tidaklah begitu nyata untuk remaja berkulit hitam, yang aktivitas seksual mereka kelihatannya lebih dipengaruhi oleh pengharapan orang tua mereka dan perilaku seksual teman-teman mereka.
Tayangan TV yang Seksi, Remaja yang Seksi?
Dalam studi yang dipublikasi Pediatrics, peneliti mensurvei lebih dari 1000 pelajar sekolah Negeri di North Carolina ketika mereka berusia 12-14 tahun dan kembali mengulangi interview ini dua tahun kemudian ketika mereka berusia 14-16 tahun.
Peneliti mengukur kandungan diet media seks setiap remaja ini dengan mengukur berat frekuensi ekspos mereka terhadap tayangan berbau seks dalam empat tipe utama media : TV, film, musik, majalah. Remaja-remaja ini dibagi dalam lima kelompok yang setara mulai dari ekspos paling rendah hingga ekspos terberat.
Hasilnya menunjukkan bahwa ekspos pada muatan seks pada usia 12-14 tahun meningkatkan resiko seks remaja muda di antara remaja kulit putih meski setelah diambil ukuran faktor lainnya untuk mengurangi kemungkinan seks remaja, seperti ketidaksetujuan orang tua akan seks pada remaja mereka dan untuk mendapatkan nilai sekolah yang baik. Pada kenyataannya, setiap peningkatan dalam kelompok muatan ekpos seksual meningkatkan resiko seks remaja sekitar 30%.
Peneliti menemukan bahwa orang kulit putih dengan tingkatan ekspos seksual tertinggi punya 120% atau 2.2 kali lipat lebih tinggi untuk mengalami hubungan seksual pertama dibanding mereka yang punya tingkat ekspos terhadap tayangan media berbau seks terendah.
Di antara mereka yang berkulit hitam, hubungan antara diet tayangan media dan perilaku seks remaja tidak sejelas setelah disesuaikan untuk faktor resiko lainnya. Aktivitas seksual remaja kulit hitam lebih nyata dipengaruhi oleh perilaku orang tua tentang seks dan perilaku teman-teman mereka dibandingkan oleh apa yang mereka saksikan dan dengarkan melalui media.
Ukuran Perilaku Orang Tua
Meskipun studi ini menunjukkan bahwa satu dari faktor resiko paling besar untuk perilaku seksual remaja muda adalah persepsi bahwa teman mereka telah melakukan hubungan seksual, peneliti mengatakan satu faktor proteksi terkuat adalah pembinaan dari orang tua tentang masalah seks.
Baik remaja kulit putih atau hitam akan lebih sedikit untuk melakukan hubungan seksual di usia sekitar 16 tahun bila mereka diberitahu orang tua mereka untuk tidak mengijinkan mereka melakukan hubungan seksual di usia muda.
Peneliti mengatakan bahwa hasil ini menunjukkan bahwa sementara gambaran seksual di media bisa mempengaruhi seks remaja, komunikasi yang jernih tentang seks antara orang tua dan anak-anak mereka juga memiliki dampak utama pada seks remaja.
Sumber : Jawaban
Studi menunjukkan bahwa anak usia 12-14 tahun yang terekspos pada hal-hal berbau seksual melalui film, musik, majalah dan televisi ternyata 2,2 kali lipat lebih banyak menjalani hubungan seksual ketika diwawancarai ulang dua tahun setelahnya dibanding rekannya yang lebih sedikit melihat tayangan media atau memiliki diet terhadap media berbau seks.
Bagaimanapun, hubungan antara muatan seksual di media dengan seks remaja tidaklah begitu nyata untuk remaja berkulit hitam, yang aktivitas seksual mereka kelihatannya lebih dipengaruhi oleh pengharapan orang tua mereka dan perilaku seksual teman-teman mereka.
Tayangan TV yang Seksi, Remaja yang Seksi?
Dalam studi yang dipublikasi Pediatrics, peneliti mensurvei lebih dari 1000 pelajar sekolah Negeri di North Carolina ketika mereka berusia 12-14 tahun dan kembali mengulangi interview ini dua tahun kemudian ketika mereka berusia 14-16 tahun.
Peneliti mengukur kandungan diet media seks setiap remaja ini dengan mengukur berat frekuensi ekspos mereka terhadap tayangan berbau seks dalam empat tipe utama media : TV, film, musik, majalah. Remaja-remaja ini dibagi dalam lima kelompok yang setara mulai dari ekspos paling rendah hingga ekspos terberat.
Hasilnya menunjukkan bahwa ekspos pada muatan seks pada usia 12-14 tahun meningkatkan resiko seks remaja muda di antara remaja kulit putih meski setelah diambil ukuran faktor lainnya untuk mengurangi kemungkinan seks remaja, seperti ketidaksetujuan orang tua akan seks pada remaja mereka dan untuk mendapatkan nilai sekolah yang baik. Pada kenyataannya, setiap peningkatan dalam kelompok muatan ekpos seksual meningkatkan resiko seks remaja sekitar 30%.
Peneliti menemukan bahwa orang kulit putih dengan tingkatan ekspos seksual tertinggi punya 120% atau 2.2 kali lipat lebih tinggi untuk mengalami hubungan seksual pertama dibanding mereka yang punya tingkat ekspos terhadap tayangan media berbau seks terendah.
Di antara mereka yang berkulit hitam, hubungan antara diet tayangan media dan perilaku seks remaja tidak sejelas setelah disesuaikan untuk faktor resiko lainnya. Aktivitas seksual remaja kulit hitam lebih nyata dipengaruhi oleh perilaku orang tua tentang seks dan perilaku teman-teman mereka dibandingkan oleh apa yang mereka saksikan dan dengarkan melalui media.
Ukuran Perilaku Orang Tua
Meskipun studi ini menunjukkan bahwa satu dari faktor resiko paling besar untuk perilaku seksual remaja muda adalah persepsi bahwa teman mereka telah melakukan hubungan seksual, peneliti mengatakan satu faktor proteksi terkuat adalah pembinaan dari orang tua tentang masalah seks.
Baik remaja kulit putih atau hitam akan lebih sedikit untuk melakukan hubungan seksual di usia sekitar 16 tahun bila mereka diberitahu orang tua mereka untuk tidak mengijinkan mereka melakukan hubungan seksual di usia muda.
Peneliti mengatakan bahwa hasil ini menunjukkan bahwa sementara gambaran seksual di media bisa mempengaruhi seks remaja, komunikasi yang jernih tentang seks antara orang tua dan anak-anak mereka juga memiliki dampak utama pada seks remaja.
Sumber : Jawaban