Permintaan PC desktop tradisional berukuran besar sudah tidak mampu tumbuh dan cenderung stagnan. PC all-in-one yang ringkas dan modern bisa menggantikannya apalagi harganya kian murah. Saatnya melupakan PC desktop tradisional?
Beda dengan desktop tradisional, di mana layar dan CPU terpisah, PC all-in-one menyatukannya dalam bentuk yang indah. Dengan desainnya yang menarik, PC jenis ini pertamakali hadir dengan harga sangat mahal. Namun PC all-in-one telah bergerak ke kelas menengah dan low end.
Product and Business Development Manager Lenovo Indonesia Cung Cien mengatakan meskipun PC all-in-one masih baru di Indonesia, tapi pertumbuhannya sangat pesat. Hal itu karena konsumen lebih memilih komputer yang tidak hanya untuk kerja tapi sekaligus untuk gaya.
“Orang sudah biasa melihat komputer desktop tradisional di kantor, dan akan bosan jika di rumah terdapat PC desktop berukuran besar juga,” paparnya, di Jakarta, kemarin. Cung Cien mengakui harga PC all-in-one yang mahal merupakan kendala.
Pertama Lenovo merilis PC all-in-one harganya di atas US$ 1.000. Produk itu masuk premium, sehingga di luar jangkauan konsumen Indonesia yang jarang membeli komputer desktop di atas Rp 10 juta.
Untuk itu Lenovo memasukkan produk baru PC all-in-one baru di bawah US$ 600. Cung Cien mengatakan trend PC all-ini-one lebih murah akan terus terjadi, tidak berhenti di kisaran US$ 600. Karena Lenovo akan memasukkan PC all-ini-one lebih murah model baru.
“Lenovo dalam dua bulan lagi akan merilis C100 yang lebih low end lagi. Tujuannya untuk mengcover seluruh potensi pasar. Tidak hanya premium, semua segmen akan kami ambil,” katanya.
Cung Cien belum mengungkapkan harga C100. Namun produk yang siap diluncurkan di beberapa negara itu disebut-sebut dibanderol US$ 400. “Targetnya untuk konsumen yang menuntut fitur, namun peduli dengan budget. Konsumen juga membutuhkan perangkat dengan desain keren serta reliabilitasnya bisa diandalkan dalam 3 tahun,” tandasnya.
Selain Lenovo, produsen yang terkenal dengan produk monitor, notebook dan proyektor, BenQ juga getol memasarkan PC all-in-one murah. HP juga memasarkan PC all-in-one tapi masuk di kelas premium.
BenQ memasarkan nScreen i91 dengan layar 18,5 inci dan i221 dengan 21,5 inci. Prosesornya menggunakan AMD Sempron yang dintegrasikan dengan kartu grafis ATI Mobility Radeon X1200. Cukup untuk menjalankan game kecil serta surfing internet maupun menjalankan software produktifas.
Tidak hanya di Indonesia perangkat ini juga menyambangi sejumlah negara termasuk Taiwan, Jepang, Thailand, Australia dan Vietnam. BenQ mengunggulkan PC all-in-one nya sangat hemat energi dengan pemakaian listrik lebih hemat 80% dari desktop tradisional. PC all-in-one BneQ hanya mengkonsumsi listrik 30W dan bisa difungsikan untuk videophone VoIP.
Lalu apakah PC all-in-one akan meledak di masa mendatang? Cung Cien mengatakan PC all-in-one membuka segmen baru. Meskipun kategori produk baru, tapi respon konsumen sudah sangat bagus. “Pasarnya terjadi pertumbuhan. Sementara jika desktop tradisional pasarnya sudah tidak tumbuh, dan cenderung stagnan,” imbuhnya.
Beda dengan desktop tradisional, di mana layar dan CPU terpisah, PC all-in-one menyatukannya dalam bentuk yang indah. Dengan desainnya yang menarik, PC jenis ini pertamakali hadir dengan harga sangat mahal. Namun PC all-in-one telah bergerak ke kelas menengah dan low end.
Product and Business Development Manager Lenovo Indonesia Cung Cien mengatakan meskipun PC all-in-one masih baru di Indonesia, tapi pertumbuhannya sangat pesat. Hal itu karena konsumen lebih memilih komputer yang tidak hanya untuk kerja tapi sekaligus untuk gaya.
“Orang sudah biasa melihat komputer desktop tradisional di kantor, dan akan bosan jika di rumah terdapat PC desktop berukuran besar juga,” paparnya, di Jakarta, kemarin. Cung Cien mengakui harga PC all-in-one yang mahal merupakan kendala.
Pertama Lenovo merilis PC all-in-one harganya di atas US$ 1.000. Produk itu masuk premium, sehingga di luar jangkauan konsumen Indonesia yang jarang membeli komputer desktop di atas Rp 10 juta.
Untuk itu Lenovo memasukkan produk baru PC all-in-one baru di bawah US$ 600. Cung Cien mengatakan trend PC all-ini-one lebih murah akan terus terjadi, tidak berhenti di kisaran US$ 600. Karena Lenovo akan memasukkan PC all-ini-one lebih murah model baru.
“Lenovo dalam dua bulan lagi akan merilis C100 yang lebih low end lagi. Tujuannya untuk mengcover seluruh potensi pasar. Tidak hanya premium, semua segmen akan kami ambil,” katanya.
Cung Cien belum mengungkapkan harga C100. Namun produk yang siap diluncurkan di beberapa negara itu disebut-sebut dibanderol US$ 400. “Targetnya untuk konsumen yang menuntut fitur, namun peduli dengan budget. Konsumen juga membutuhkan perangkat dengan desain keren serta reliabilitasnya bisa diandalkan dalam 3 tahun,” tandasnya.
Selain Lenovo, produsen yang terkenal dengan produk monitor, notebook dan proyektor, BenQ juga getol memasarkan PC all-in-one murah. HP juga memasarkan PC all-in-one tapi masuk di kelas premium.
BenQ memasarkan nScreen i91 dengan layar 18,5 inci dan i221 dengan 21,5 inci. Prosesornya menggunakan AMD Sempron yang dintegrasikan dengan kartu grafis ATI Mobility Radeon X1200. Cukup untuk menjalankan game kecil serta surfing internet maupun menjalankan software produktifas.
Tidak hanya di Indonesia perangkat ini juga menyambangi sejumlah negara termasuk Taiwan, Jepang, Thailand, Australia dan Vietnam. BenQ mengunggulkan PC all-in-one nya sangat hemat energi dengan pemakaian listrik lebih hemat 80% dari desktop tradisional. PC all-in-one BneQ hanya mengkonsumsi listrik 30W dan bisa difungsikan untuk videophone VoIP.
Lalu apakah PC all-in-one akan meledak di masa mendatang? Cung Cien mengatakan PC all-in-one membuka segmen baru. Meskipun kategori produk baru, tapi respon konsumen sudah sangat bagus. “Pasarnya terjadi pertumbuhan. Sementara jika desktop tradisional pasarnya sudah tidak tumbuh, dan cenderung stagnan,” imbuhnya.