SULIT meramalkan apa yang bakal terjadi terhadap pasar otomotif tahun 2008 ini. Apakah kondisinya akan lebih baik dari tahun 2007 yang totalnya mencapai 434.473 unit, ataukah lebih buruk?
Pertanyaan besar itu kini menjadi diskusi paling hot di kalangan produsen otomotif dan dealer, juga di kalangan para konsumen, berkait rencana pemerintah membatasi penggunaan bahan bakar minyak (BBM). Kapan kebijakan itu akan diberlakukan, tidak ada yang tahu pasti. Bagaimana bentuk dan mekanismenya, juga tidak ada yang bisa memberikan keterangan secara jelas dan gamblang.
Satu-satunya yang pasti diketahui oleh publik hanyalah, pemerintah berhasil membuat ”kartu pinter”. Se-pinter apa kerjanya kartu itu juga tidak tahu. Namun, yang pasti, kartu pinter itu telah berhasil membangun ketidakpastian bagi publik.
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Bambang Trisulo yakin pasar otomotif nasional tetap akan tumbuh. Kondisi pasar otomotif tidak akan tertekan seperti tahun 2006 yang hanya mencapai 318.836 unit. "Lagipula kebijakan pembatasan konsumsi BBM ini, kan, baru sebatas rencana yang belum tahu kapan akan direalisasikan. Katakan rencana itu disepakati oleh pemerintah sekarang, untuk sampai pada tahap dilaksanakan, kan, butuh waktu," ujarnya.
Paling tidak sebelum dilaksanakan harus melakukan input data secara akurat. Hal itu tidak mudah dan butuh waktu cukup agar BBM bersubsidi yang dibatasi itu tepat sasaran. Selesai proses tersebut, baru ke proses pengadaan kartu pinter, pengadaan infrastruktur yang digunakan untuk membaca kartu pinter, sampai ke penyediaan infrastruktur pendukung lainnya di SPBU. Semua persiapan itu, kan, butuh minimal satu sampai dua bulan ke depan.
”Katakan hitungan itu benar, berarti realisasi Mei 2008. Itu artinya, daya serap pasar tetap terjadi sampai pertengahan tahun 2008. Ditambah prediksi angka pertumbuhan 6 persen, nilai tukar di kisaran Rp 9.400 per dollar AS, dan harga minyak mentah rata-rata 80 dollar AS per barrel, saya yakin pasar mobil masih mencapai 500.000,” kata Bambang.
Peluang bagi Daihatsu
Optimisme itu tidak berlebihan, kata Suparno Djasmin, Direktur PT Astra Daihatsu Motor (ADM) yang juga CEO Daihatsu Sales Operation PT Astra International Tbk. Paling tidak, tren itu bisa dilihat dari pertumbuhan pasar otomotif pada tahun 2007. Padahal pada masa itu sempat muncul prediksi bahwa pasar bakal tertekan.
Kenyataannya, sampai akhir tahun 2007, pasar otomotif naik sebesar 115.637 unit dari tahun 2006. Menariknya lagi, dari total daya serap pasar sebanyak 434.473 unit itu, posisi Daihatsu di urutan keempat dengan total sebesar 51.957 unit. Posisi pertama tetap didominasi oleh Toyota yang mencapai 150.631 unit, lalu Mitsubishi sebanyak 61.548 unit, dan Suzuki sebanyak 58.095 unit. ”Namun, kami yakin posisi di tahun 2008 akan jauh lebih baik. Banyak alasan untuk itu,” kata Suparno.
Pertama, kata Suparno, karena tren permintaan pasar akan produksi kendaraan yang irit energi semakin besar, berkaitan dengan mahalnya harga BBM dan pembatasan konsumsi untuk BBM bersubsidi. Selain itu, di tengah tekanan daya beli, konsumen juga memburu kendaraan berharga kompetitif. Konsumen ini tak hanya memburu mobil dengan teknologi baru, tetapi juga ramah lingkungan. Mereka pasti menginginkan kendaraan berteknologi VVT-i.
”Kami mampu memenuhi seluruh tuntutan tersebut. Selain kami mampu menyediakan kendaraan kecil yang irit BBM, teknologinya memadai, dan harganya juga relatif murah. Konsumen menghitung, dengan kendaraan itu mereka memperoleh nilai tambah yang besar per tahun. Dalam arti, biaya operasional menjadi murah,” kata Suparno.
Realitas itu terjawab dari jumlah konsumen yang berada di daftar tunggu. Untuk Xenia sekitar 2-3 bulan, lalu Gran Max produk baru sebagai DNA Zebra sekitar 3-4 bulan, dan Daihatsu Terios sekitar 2-3 bulan.
Berkaitan dengan itu, kata Amelia Chandra, Kepala Divisi Penjualan Domestik Astra Daihatsu Motor, pihaknya terus meningkatkan kapasitas produksi. Tujuannya untuk menekan waktu tunggu bagi calon konsumen lebih pendek lagi. Oleh sebab itu, per April 2008, kapasitas produksi PT ADM naik dari 114.000 unit per tahun menjadi 211.000 per tahun. Kenaikan kapasitas dengan injeksi sebesar Rp 2 triliun ini bertujuan menjaga agar tren permintaan pasar bisa dipenuhi secepat mungkin. Dalam arti, permintaan pasar lokal dipenuhi dan ekspor tetap bisa dilakukan sesuai dengan jadwal.
”Dengan demikian, waktu tunggu bisa ditekan. Konsumen bisa memanfaatkan produk itu untuk kepentingan yang ekonomis. Di sisi lain, ekspor Xenia ke berbagai negara di Timur Tengah dan Afrika, atau Gran Max ke Toyota Jepang 1.500 per bulan atau 18.000 per tahun terpenuhi,” katanya. Oleh sebab itu, manajemen Daihatsu di Indonesia menargetkan pangsa pasar di tahun 2008 sebesar 17,5 persen, dengan volume 87.000 unit. (AST)
Pertanyaan besar itu kini menjadi diskusi paling hot di kalangan produsen otomotif dan dealer, juga di kalangan para konsumen, berkait rencana pemerintah membatasi penggunaan bahan bakar minyak (BBM). Kapan kebijakan itu akan diberlakukan, tidak ada yang tahu pasti. Bagaimana bentuk dan mekanismenya, juga tidak ada yang bisa memberikan keterangan secara jelas dan gamblang.
Satu-satunya yang pasti diketahui oleh publik hanyalah, pemerintah berhasil membuat ”kartu pinter”. Se-pinter apa kerjanya kartu itu juga tidak tahu. Namun, yang pasti, kartu pinter itu telah berhasil membangun ketidakpastian bagi publik.
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Bambang Trisulo yakin pasar otomotif nasional tetap akan tumbuh. Kondisi pasar otomotif tidak akan tertekan seperti tahun 2006 yang hanya mencapai 318.836 unit. "Lagipula kebijakan pembatasan konsumsi BBM ini, kan, baru sebatas rencana yang belum tahu kapan akan direalisasikan. Katakan rencana itu disepakati oleh pemerintah sekarang, untuk sampai pada tahap dilaksanakan, kan, butuh waktu," ujarnya.
Paling tidak sebelum dilaksanakan harus melakukan input data secara akurat. Hal itu tidak mudah dan butuh waktu cukup agar BBM bersubsidi yang dibatasi itu tepat sasaran. Selesai proses tersebut, baru ke proses pengadaan kartu pinter, pengadaan infrastruktur yang digunakan untuk membaca kartu pinter, sampai ke penyediaan infrastruktur pendukung lainnya di SPBU. Semua persiapan itu, kan, butuh minimal satu sampai dua bulan ke depan.
”Katakan hitungan itu benar, berarti realisasi Mei 2008. Itu artinya, daya serap pasar tetap terjadi sampai pertengahan tahun 2008. Ditambah prediksi angka pertumbuhan 6 persen, nilai tukar di kisaran Rp 9.400 per dollar AS, dan harga minyak mentah rata-rata 80 dollar AS per barrel, saya yakin pasar mobil masih mencapai 500.000,” kata Bambang.
Peluang bagi Daihatsu
Optimisme itu tidak berlebihan, kata Suparno Djasmin, Direktur PT Astra Daihatsu Motor (ADM) yang juga CEO Daihatsu Sales Operation PT Astra International Tbk. Paling tidak, tren itu bisa dilihat dari pertumbuhan pasar otomotif pada tahun 2007. Padahal pada masa itu sempat muncul prediksi bahwa pasar bakal tertekan.
Kenyataannya, sampai akhir tahun 2007, pasar otomotif naik sebesar 115.637 unit dari tahun 2006. Menariknya lagi, dari total daya serap pasar sebanyak 434.473 unit itu, posisi Daihatsu di urutan keempat dengan total sebesar 51.957 unit. Posisi pertama tetap didominasi oleh Toyota yang mencapai 150.631 unit, lalu Mitsubishi sebanyak 61.548 unit, dan Suzuki sebanyak 58.095 unit. ”Namun, kami yakin posisi di tahun 2008 akan jauh lebih baik. Banyak alasan untuk itu,” kata Suparno.
Pertama, kata Suparno, karena tren permintaan pasar akan produksi kendaraan yang irit energi semakin besar, berkaitan dengan mahalnya harga BBM dan pembatasan konsumsi untuk BBM bersubsidi. Selain itu, di tengah tekanan daya beli, konsumen juga memburu kendaraan berharga kompetitif. Konsumen ini tak hanya memburu mobil dengan teknologi baru, tetapi juga ramah lingkungan. Mereka pasti menginginkan kendaraan berteknologi VVT-i.
”Kami mampu memenuhi seluruh tuntutan tersebut. Selain kami mampu menyediakan kendaraan kecil yang irit BBM, teknologinya memadai, dan harganya juga relatif murah. Konsumen menghitung, dengan kendaraan itu mereka memperoleh nilai tambah yang besar per tahun. Dalam arti, biaya operasional menjadi murah,” kata Suparno.
Realitas itu terjawab dari jumlah konsumen yang berada di daftar tunggu. Untuk Xenia sekitar 2-3 bulan, lalu Gran Max produk baru sebagai DNA Zebra sekitar 3-4 bulan, dan Daihatsu Terios sekitar 2-3 bulan.
Berkaitan dengan itu, kata Amelia Chandra, Kepala Divisi Penjualan Domestik Astra Daihatsu Motor, pihaknya terus meningkatkan kapasitas produksi. Tujuannya untuk menekan waktu tunggu bagi calon konsumen lebih pendek lagi. Oleh sebab itu, per April 2008, kapasitas produksi PT ADM naik dari 114.000 unit per tahun menjadi 211.000 per tahun. Kenaikan kapasitas dengan injeksi sebesar Rp 2 triliun ini bertujuan menjaga agar tren permintaan pasar bisa dipenuhi secepat mungkin. Dalam arti, permintaan pasar lokal dipenuhi dan ekspor tetap bisa dilakukan sesuai dengan jadwal.