HARI-hari terakhir masa lajang seringkali dirayakan calon pengantin untuk membuat acara khusus. Pesta bujang atau disebut juga bachelor party, stag party (khusus pria), hen party (khusus wanita), bull’s party atau buck’s night bisa bermacam bentuknya.
Kejutan mulai dari aktivitas iseng sampai pesta gila-gilaan dengan pelengkap minuman keras dan penari telanjang pun seolah jadi trademark sebuah pesta bujang. Bagi Billy J pengalaman seru menggelar pesta bujang dirasa begitu memuaskan. Pemuda berpenampilan metroseksual itu pernah membuat sebuah private party untuk rekannya yang akan mengakhiri masa lajang.
Tanpa sepengetahuan sang calon pengantin, pria yang bekerja sebagai Event Organizer (EO) itu benar-benar menyiapkan konsep pesta bujang secara matang. Dengan menyewa empat ruang kamar di sebuah hotel bintang empat di Surabaya ia menyiapkan segala fasilitas penunjang termasuk sound, lighting dan sinar laser, DJ, bartender, penari striptease dan dan para lady escort.
“Kami menyewa kamar selama tiga hari untuk persiapan dan tentunya pihak hotel tidak tahu kalau kamarnya kami jadikan tempat pesta, untuk itu kami memberi ‘sumbangan’ khusus pada orang dalam,” ujar Billy.
Untuk mengurangi risiko acara bocor, calon pengatin pria dan semua tamu yang tak lain adalah rekan-rekan sendiri datang ke tempat acara dengan cara dijemput. Sesampai di kamar hotel, acara pun dimulai tepat pukul 24.00 WIB.
Penampilan aksi DJ dan sexy dancer acara di kamar hotel itu tak ubahnya party di club malam. Acara semakin memanas ketika para penari mulai melepas pakaian satu persatu begitu malam merangsek pagi. Calon pengantian yang ‘diculik’ malam itu benar-benar jadi bulan-bulanan digoda para penari yang akhirnya bertelanjang bulat.
Nah, soal menerima atau tidak ‘suguhan’ ini, keputusan sepenuhnya ditangan calon pengantin pria. Entah bagaimana ending pesta itu, Billy hanya berkomentar dengan senyuman.
Yang jelas, untuk membikin pesta bujang ternyata harus rela merogoh kocek hingga dalam. Menurut Billy, anggaran yang dikeluarkan setidaknya mencapai Rp 30 juta. “Waktu itu kalau nggak salah untuk DJ-nya sekitar Rp 3 juta, dua penari Rp 4 juta, lady escort masing-masing Rp 1 juta, belum sewa kamar, makanan, minuman dan semuanya kami siapkan sendiri,” terangnya. Billy yang mengaku deg-degan sepanjang pesta tapi langsung lega dan puas ketika pesta bujang yang adakan sebagai kejutan berjalan dengan lancar.
Berbeda dengan pesta yang dikemas khusus oleh Billy, acara melepas masa lajang juga bisa dilakukan dengan aktivitas sederhana. Budi Santosa, bapak satu anak itu lebih melihat momen pesta bujang sebagai momen reuni. Ia memilih berkumpul dengan sahabat dan mengenang masa lalu. “Acaranya ngobrol sana-sini, mengenang kisah-kisah lucu sambil minum,” ujar Budi.
Untuk menggelar pesta bujangnya, Budi kala itu memilih kampus sebagai arena. Ia mengundang teman-teman dekat dan teman lama untuk datang di lokasi yang memang banyak menyimpan kenangan bagi gengnya. Peristiwa dan kekonyolan di masa muda kembali menjadi olok-olok yang mencuatkan keakraban.
Meski tanpa setting tempat dan acara secara khusus, kehadiran teman-teman lama di tempat yang pernah menjadi lokasi nongkrong bersama sudah menghadirkan suasana yang menyenangkan. Budget yang dikeluarkan cukup untuk membeli makanan kecil, rokok dan minuman. “Semua tergantung budget, kalo gak ada buat apa dipaksakan buat pesta bujang, yang penting kan pernikahannya,” tegas Budi. Surya Online ( Video )
Kejutan mulai dari aktivitas iseng sampai pesta gila-gilaan dengan pelengkap minuman keras dan penari telanjang pun seolah jadi trademark sebuah pesta bujang. Bagi Billy J pengalaman seru menggelar pesta bujang dirasa begitu memuaskan. Pemuda berpenampilan metroseksual itu pernah membuat sebuah private party untuk rekannya yang akan mengakhiri masa lajang.
Tanpa sepengetahuan sang calon pengantin, pria yang bekerja sebagai Event Organizer (EO) itu benar-benar menyiapkan konsep pesta bujang secara matang. Dengan menyewa empat ruang kamar di sebuah hotel bintang empat di Surabaya ia menyiapkan segala fasilitas penunjang termasuk sound, lighting dan sinar laser, DJ, bartender, penari striptease dan dan para lady escort.
“Kami menyewa kamar selama tiga hari untuk persiapan dan tentunya pihak hotel tidak tahu kalau kamarnya kami jadikan tempat pesta, untuk itu kami memberi ‘sumbangan’ khusus pada orang dalam,” ujar Billy.
Untuk mengurangi risiko acara bocor, calon pengatin pria dan semua tamu yang tak lain adalah rekan-rekan sendiri datang ke tempat acara dengan cara dijemput. Sesampai di kamar hotel, acara pun dimulai tepat pukul 24.00 WIB.
Penampilan aksi DJ dan sexy dancer acara di kamar hotel itu tak ubahnya party di club malam. Acara semakin memanas ketika para penari mulai melepas pakaian satu persatu begitu malam merangsek pagi. Calon pengantian yang ‘diculik’ malam itu benar-benar jadi bulan-bulanan digoda para penari yang akhirnya bertelanjang bulat.
Nah, soal menerima atau tidak ‘suguhan’ ini, keputusan sepenuhnya ditangan calon pengantin pria. Entah bagaimana ending pesta itu, Billy hanya berkomentar dengan senyuman.
Yang jelas, untuk membikin pesta bujang ternyata harus rela merogoh kocek hingga dalam. Menurut Billy, anggaran yang dikeluarkan setidaknya mencapai Rp 30 juta. “Waktu itu kalau nggak salah untuk DJ-nya sekitar Rp 3 juta, dua penari Rp 4 juta, lady escort masing-masing Rp 1 juta, belum sewa kamar, makanan, minuman dan semuanya kami siapkan sendiri,” terangnya. Billy yang mengaku deg-degan sepanjang pesta tapi langsung lega dan puas ketika pesta bujang yang adakan sebagai kejutan berjalan dengan lancar.
Berbeda dengan pesta yang dikemas khusus oleh Billy, acara melepas masa lajang juga bisa dilakukan dengan aktivitas sederhana. Budi Santosa, bapak satu anak itu lebih melihat momen pesta bujang sebagai momen reuni. Ia memilih berkumpul dengan sahabat dan mengenang masa lalu. “Acaranya ngobrol sana-sini, mengenang kisah-kisah lucu sambil minum,” ujar Budi.
Untuk menggelar pesta bujangnya, Budi kala itu memilih kampus sebagai arena. Ia mengundang teman-teman dekat dan teman lama untuk datang di lokasi yang memang banyak menyimpan kenangan bagi gengnya. Peristiwa dan kekonyolan di masa muda kembali menjadi olok-olok yang mencuatkan keakraban.
Meski tanpa setting tempat dan acara secara khusus, kehadiran teman-teman lama di tempat yang pernah menjadi lokasi nongkrong bersama sudah menghadirkan suasana yang menyenangkan. Budget yang dikeluarkan cukup untuk membeli makanan kecil, rokok dan minuman. “Semua tergantung budget, kalo gak ada buat apa dipaksakan buat pesta bujang, yang penting kan pernikahannya,” tegas Budi. Surya Online ( Video )