Teknologi internet bisa diibaratkan sebagai pisau bermata dua. Di satu sisi, ia memberikan keuntungan, namun di sisi lain bisa menimbulkan kerugian. Setidaknya, itulah yang dialami Yulida dan Eka, keduanya siswi SMK 3 Pontianak, Kalimantan Barat.
Gara-gara fotonya beredar di internet bersama foto gadis lain dalam posisi syur, dia harus dikeluarkan dari sekolah. Tragisnya, keduanya dikeluarkan saat bersiap untuk menghadapi ujian semester.
Pihak sekolah bersikeras mengeluarkan keduanya dari sekolah meski foto tersebut diduga rekayasa. Orang tua dua pelajar itu pun berupaya dengan berbagai cara agar anak mereka bisa kembali ke sekolah. "Saya sudah tidak bisa menangis lagi. Anak saya ini korban, kok malah harus dikeluarkan dari sekolah," kata Emiyati, ibu Yulida, lirih.
Emiyati menyatakan sudah mengadukan hal tersebut ke Dinas Pendidikan Kota Pontianak. Namun, upayanya gagal. Sebab, dinas pendidikan mendukung keputusan sekolah yang meminta dua siswi itu mengundurkan diri dari sekolah. "Saya bingung mau ke mana lagi," ujarnya.
Perempuan tersebut mengaku tidak tahu bahwa foto anaknya beredar di internet. Dia hanya menerima surat panggilan dari sekolah pada 6 Maret lalu. Karena tidak bisa hadir, dia mewakilkan panggilan itu kepada kakak Yulida.
Pihak sekolah meminta Yulida mengundurkan diri dari sekolah. Alasannya, dia sudah mempermalukan nama sekolah. Foto-foto sang anak dipajang bersama foto tidak senonoh di sebuah situs internet. "Padahal, anak saya sudah mengatakan bahwa yangfoto buka-bukaan itu bukan dia, tetapi temannya. Ada kok pernyataan bermeterai dari teman anak saya itu," jelas Emiyati.
Dia mengatakan sangat sedih dengan kejadian tersebut. Demi menyelesaikan masalah sang anak, Emiyati harus menutup warungnya beberapa hari. "Padahal, empat hari saja tutup, kami bingung harus makan apa. Suami saya sudah tujuh tahun tidak kerja. Sakit-sakitan. Kalau disuruh mendaftar di sekolah baru, mana uangnya? Apa sekolah baru mau menerima, sedangkan nama mereka sudah tercemar," keluhnya.
Pihak sekolah memberikan keringanan dengan mengizinkan dua siswi tersebut tetap bersekolah di sana. Namun, keduanya diancam tidak akan dinaikkan kelas.
Eka menjelaskan, foto-foto tersebut diambil dengan kamera HP. HP-nya sendiri sudah dijual. "Kata kawan,foto sudah dihapus dan HP-nya sudah dijual," ujar Eka.
Saat ditanya apakah ingin kembali ke sekolahnya, Eka hanya diam. Dia pun langsung menunduk. "Bagaimana ya. Tadi sore (kemarin, Red) teman saya SMS. Katanya, pihak sekolah mengadakan voting, meminta pendapat setuju atau tidak kami keluar dari sekolah," ucap sulung di antara dua bersaudara itu.
Saat diajukan pertanyaan yang sama dengan Eka, Yulida mengaku tidak ingin kembali ke sekolah. "Saya mau sekolah di tempat lain saja. Karena katanya kami tidak akan naik kelas. Padahal, kami tidak pernah buat masalah di sekolah," cetus Yulida yang bercita-cita menjadi pemain musik.
Kepala SMK 3 Pontianak Arahman Har mengungkapkan, dua siswi tersebut memiliki catatan kasus di sekolah. Di antaranya suka membolos dan merokok. "Kami sudah mengambil keputusan yang benar. Terlepas apakahfoto tersebut dibuat hacker atau mereka sendiri," tandas Arahman. (jawapos.co.id)
Gara-gara fotonya beredar di internet bersama foto gadis lain dalam posisi syur, dia harus dikeluarkan dari sekolah. Tragisnya, keduanya dikeluarkan saat bersiap untuk menghadapi ujian semester.
Pihak sekolah bersikeras mengeluarkan keduanya dari sekolah meski foto tersebut diduga rekayasa. Orang tua dua pelajar itu pun berupaya dengan berbagai cara agar anak mereka bisa kembali ke sekolah. "Saya sudah tidak bisa menangis lagi. Anak saya ini korban, kok malah harus dikeluarkan dari sekolah," kata Emiyati, ibu Yulida, lirih.
Emiyati menyatakan sudah mengadukan hal tersebut ke Dinas Pendidikan Kota Pontianak. Namun, upayanya gagal. Sebab, dinas pendidikan mendukung keputusan sekolah yang meminta dua siswi itu mengundurkan diri dari sekolah. "Saya bingung mau ke mana lagi," ujarnya.
Perempuan tersebut mengaku tidak tahu bahwa foto anaknya beredar di internet. Dia hanya menerima surat panggilan dari sekolah pada 6 Maret lalu. Karena tidak bisa hadir, dia mewakilkan panggilan itu kepada kakak Yulida.
Pihak sekolah meminta Yulida mengundurkan diri dari sekolah. Alasannya, dia sudah mempermalukan nama sekolah. Foto-foto sang anak dipajang bersama foto tidak senonoh di sebuah situs internet. "Padahal, anak saya sudah mengatakan bahwa yang
Dia mengatakan sangat sedih dengan kejadian tersebut. Demi menyelesaikan masalah sang anak, Emiyati harus menutup warungnya beberapa hari. "Padahal, empat hari saja tutup, kami bingung harus makan apa. Suami saya sudah tujuh tahun tidak kerja. Sakit-sakitan. Kalau disuruh mendaftar di sekolah baru, mana uangnya? Apa sekolah baru mau menerima, sedangkan nama mereka sudah tercemar," keluhnya.
Pihak sekolah memberikan keringanan dengan mengizinkan dua siswi tersebut tetap bersekolah di sana. Namun, keduanya diancam tidak akan dinaikkan kelas.
Eka menjelaskan, foto-foto tersebut diambil dengan kamera HP. HP-nya sendiri sudah dijual. "Kata kawan,
Saat ditanya apakah ingin kembali ke sekolahnya, Eka hanya diam. Dia pun langsung menunduk. "Bagaimana ya. Tadi sore (kemarin, Red) teman saya SMS. Katanya, pihak sekolah mengadakan voting, meminta pendapat setuju atau tidak kami keluar dari sekolah," ucap sulung di antara dua bersaudara itu.
Saat diajukan pertanyaan yang sama dengan Eka, Yulida mengaku tidak ingin kembali ke sekolah. "Saya mau sekolah di tempat lain saja. Karena katanya kami tidak akan naik kelas. Padahal, kami tidak pernah buat masalah di sekolah," cetus Yulida yang bercita-cita menjadi pemain musik.
Kepala SMK 3 Pontianak Arahman Har mengungkapkan, dua siswi tersebut memiliki catatan kasus di sekolah. Di antaranya suka membolos dan merokok. "Kami sudah mengambil keputusan yang benar. Terlepas apakah