Merebaknya flu babi menyebabkan setiap negara melakukan berbagai antisipasi penyebaran virus ini. Salah satunya dengan mengawasi penumpang pesawat dengan kamera thermal imaging.
Kamera thermal imaging digunakan untuk mengetahui suhu tubuh penumpang sebagai identifikasi apakah penumpang mengalami demam, tanpa repot menggunakan thermometer.
Kamera thermal imaging itu sama dengan kamera biasa, kecuali bagian perekaman cahaya yang memiliki sensitifitas terhadap panas dan dapat bekerja di tempat gelap.
Andrew Sarangan profesor di Universitas Dayton mengungkapkan, obyek yang memiliki suhu tinggi atau lebih panas, akan tampak lebih terang.
Direktur penjualan regional pembuat kamera thermal imaging di Inggris Alan Thomson mengungkapkan, kamera itu juga digunakan untuk mendeteksi penderita SARS pada 2002 dan 2003.
Walaupun kamera thermal imaging dapat mendeteksi temperatur tinggi, namun perangkat itu belum bisa mengidentifikasi penderita virus influenza A atau H1N1. Seseorang yang melakukan perjalanan bisa saja memiliki suhu tubuh yang tinggi, misalnya saja jika baru saja minum, minumam keras.
Sedangkan rasa demam tidak selalu diartikan seseorang pasti menderita virus H1N1. Namun pihak bandar udara bisa segera melakukan screening jika diketahui ada penumpang yang memiliki suhu badan tinggi.
Kamera thermal-imaging ini dijual sekitar US$ 3.000 dan mampu menampilkan ‘area panas’ seseorang. Gambar akan terlihat di layar seperti display di kamera digital konsumen.
Perangkat secara otomatis akan menampilkan area yang paling panas misalnya saja di wajah, karena merupakan bagian yang tidak tertutup oleh pakaian.