Dituding mengutil, mahasiswi kedokteran digeledah satpam pusat perbelanjaan Careffour, di Pluit, Penjaringan.
Mahasiswi itu digeledah dengan cara melucuti pakaian. Sialnya, ternyata tidak satupun barang milik pusat perbelanjaan itu ditemukan di balik busana si mahasiswi.
Karuan saja, orangtua si mahasiswi merasa putrinya diperlakukan sewenang-wenang sehingga melaporkan petugas satuan pengamanan (satpam) setempat kepada polisi.
DM, 22,mahasiswi kedokteran semester tujuh di satu perguruan tinggi swasta, Jakarta Pusat sangat shock. Saat ditemui di Polsek Penjaringan, putri sulung pasangan Selvi, dan Afrizal, itu pucat dengan tatapannya menerawang kosong.
“Dia masih trauma akibat peristiwa yang baru saja dialaminya,” ungkap Selvi yang mendampingi calon dokter itu melapor ke polisi.
Kesewenang-wenangan yang menimpanya terjadi saat korban bersama keluarganya belanja di Careffour, Pluit Emporium, Jl. Pluit Raya, Penjaringan. “Anak saya memang sedang tidak kuliah karena lagi sakit perut. Di perutnya sengaja dililitkan kain korset,” ujar ibu tiga anak ini.
Usai belanja dan menyelesaikan pembayaran di kasir, tiba-tiba lelaki satpam mencekal lengan dan memaksa DM untuk mengikutinya.
“Satpam yang bernama Joni itu main tarik anak saya tanpa memberikan penjelasan atas tindakannya,” kata Afrizal yang juga mendampingi anaknya. “Ia tak menggubris pertanyaan kami atas perlakuannya itu.”
Afrizal yang bekerja di bagian Tata Usaha Kejaksaan Tinggi (Kejati) DKI ini mengatakan, pihaknya tidak terima anakdiperlakukan seperti maling.
DM digelandang menuju ruangan pos keamanan yang berada di lantai bawah. “Bayangkan bagaimana perasaannya. Di hadapan orang banyak ia diperlakukan seperti pencuri yang tertangkap basah,” geramnya.
Sebelum masuk ke ruangan, Satpam Joni memanggil rekan satpam, seorang wanita. “Namanya Fitri. Dia yang memegang kunci ruangan itu dan dia pula yang menggeledah dan nyaris menelanjangi anak saya,” lanjut Afrizal.
“Celana anak saya dipeloroti hingga bokongnya nyaris terlihat. Pakaian bagian belakangnya juga disingkap sampai bra-nya kelihatan. Dengan kejadian ini, kami sepakat tidak akan lagi berbelanja di tempat itu,” kata Selvi.
Setelah dipastikan tidak ada barang curian di balik pakaian korban, kedua satpam itu mempersilahkan DM melanjutkan kegiatannya. “Tanpa merasa bersalah dan meminta maaf, kedua satpam itu pergi begitu saja. Lagi-lagi kami mempertanyakan tindakan mereka, tapi tetap tak ditanggapi,” sambung Afrizal.
Comunication Manager Careffour Indonesia, Retha Dotulong, yang dihubungi wartawan membenarkan adanya kejadian tersebut.
“Saat ini kami sedang melakukan penyelidikan internal apakah tindakan petugas itu sudah sesuai standar operasional (SOP) atau tidak. Kalau ternyata tidak maka akan kami kenakan tindakan tegas,” tuturnya tanpa mau merinci bentuk tindakan tegas yang dimaksud. poskota
Mahasiswi itu digeledah dengan cara melucuti pakaian. Sialnya, ternyata tidak satupun barang milik pusat perbelanjaan itu ditemukan di balik busana si mahasiswi.
Karuan saja, orangtua si mahasiswi merasa putrinya diperlakukan sewenang-wenang sehingga melaporkan petugas satuan pengamanan (satpam) setempat kepada polisi.
DM, 22,mahasiswi kedokteran semester tujuh di satu perguruan tinggi swasta, Jakarta Pusat sangat shock. Saat ditemui di Polsek Penjaringan, putri sulung pasangan Selvi, dan Afrizal, itu pucat dengan tatapannya menerawang kosong.
“Dia masih trauma akibat peristiwa yang baru saja dialaminya,” ungkap Selvi yang mendampingi calon dokter itu melapor ke polisi.
Kesewenang-wenangan yang menimpanya terjadi saat korban bersama keluarganya belanja di Careffour, Pluit Emporium, Jl. Pluit Raya, Penjaringan. “Anak saya memang sedang tidak kuliah karena lagi sakit perut. Di perutnya sengaja dililitkan kain korset,” ujar ibu tiga anak ini.
Usai belanja dan menyelesaikan pembayaran di kasir, tiba-tiba lelaki satpam mencekal lengan dan memaksa DM untuk mengikutinya.
“Satpam yang bernama Joni itu main tarik anak saya tanpa memberikan penjelasan atas tindakannya,” kata Afrizal yang juga mendampingi anaknya. “Ia tak menggubris pertanyaan kami atas perlakuannya itu.”
Afrizal yang bekerja di bagian Tata Usaha Kejaksaan Tinggi (Kejati) DKI ini mengatakan, pihaknya tidak terima anakdiperlakukan seperti maling.
DM digelandang menuju ruangan pos keamanan yang berada di lantai bawah. “Bayangkan bagaimana perasaannya. Di hadapan orang banyak ia diperlakukan seperti pencuri yang tertangkap basah,” geramnya.
Sebelum masuk ke ruangan, Satpam Joni memanggil rekan satpam, seorang wanita. “Namanya Fitri. Dia yang memegang kunci ruangan itu dan dia pula yang menggeledah dan nyaris menelanjangi anak saya,” lanjut Afrizal.
“Celana anak saya dipeloroti hingga bokongnya nyaris terlihat. Pakaian bagian belakangnya juga disingkap sampai bra-nya kelihatan. Dengan kejadian ini, kami sepakat tidak akan lagi berbelanja di tempat itu,” kata Selvi.
Setelah dipastikan tidak ada barang curian di balik pakaian korban, kedua satpam itu mempersilahkan DM melanjutkan kegiatannya. “Tanpa merasa bersalah dan meminta maaf, kedua satpam itu pergi begitu saja. Lagi-lagi kami mempertanyakan tindakan mereka, tapi tetap tak ditanggapi,” sambung Afrizal.
Comunication Manager Careffour Indonesia, Retha Dotulong, yang dihubungi wartawan membenarkan adanya kejadian tersebut.
“Saat ini kami sedang melakukan penyelidikan internal apakah tindakan petugas itu sudah sesuai standar operasional (SOP) atau tidak. Kalau ternyata tidak maka akan kami kenakan tindakan tegas,” tuturnya tanpa mau merinci bentuk tindakan tegas yang dimaksud. poskota