Agar karyawan selalu sehat dan bekerja optimalIngin Karyawan Sehat dan Bahagia? Dengarkan Mereka!
Anda ingin memiliki karyawan yang bahagia, sehat, dan bebas stress sehingga pos pengeluaran biaya kesehatan bisa dihemat? Caranya gampang: dekati mereka, biarkan mereka bebas mengungkapkan opini mereka tentang Anda, dan berlapang dadalah. Demikian hasil sebuah survei yang dipresentasikan dalam konferensi Msyarakat Psikologi Inggris Raya (British Psychological Society). Menurut survei itu, apa yang mereka pikirkan tentang bosnya dan membantu memperbaiki kinerja manajemen bagus bagi kesehatan karyawan.
"Perusahaan harus memberikan ruang secara reguler bagi para karyawannya untuk menyatakan opini tentang bos masing-masing jika mereka ingin memiliki karyawan yang sehat, bahagia, dan bebas stress," demukian bunyi kesimpulan survei itu. Para peneliti itu membagi 150 bos yang menjadi respondennya dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah bos yang secara rutin menerima masukan dari 500 karyawannya dan kelompok satunya adalah bos yang menutup pintu dialog dengan bawahannya.
"Ketika para manager menerima masukan dari stafnya, maka dia akan mengubah gaya kepemimpinannya sehingga selanjutnya mereka akan menjadi manajer lebih efektif," demikian simpulan lainnya survei itu yang dibacakan oleh Emma Donaldson-Feilder, salah seorang penelitinya.
Menurutnya, manajer yang menutup pintu dialog dan jaga jarak terus dengan bawahannya, hanya akan menghasilkan bawahan yang tidak bahagia hingga stress dan penyakitan. "Pada gilirannya, kinerja perusahaan bakal terganggu."
Konsekuensi dari stress itu, kata Emma, efeknya meluas. Selain Depresi, dia juga akan mengalami gejala fisologis seperti tekanan darah tinggi dan berkurangnya kapasitas mental. "Stres adalah penyebab penting penyakit, tekanan psikis, dan ketidaknyamanan yang berimbas padatingginya biaya pengobatan untuk individu dan perusahaan," katanya.
Donaldson-Feilder dan koleganya kini tengah mengembangkan pembelajaran bagi para manajer tentang bagaimana mengelola anak buah. Ia akan membagikan kuisioner kepada para karyawan yang bisa diakses melalui media online.
Anda ingin memiliki karyawan yang bahagia, sehat, dan bebas stress sehingga pos pengeluaran biaya kesehatan bisa dihemat? Caranya gampang: dekati mereka, biarkan mereka bebas mengungkapkan opini mereka tentang Anda, dan berlapang dadalah. Demikian hasil sebuah survei yang dipresentasikan dalam konferensi Msyarakat Psikologi Inggris Raya (British Psychological Society). Menurut survei itu, apa yang mereka pikirkan tentang bosnya dan membantu memperbaiki kinerja manajemen bagus bagi kesehatan karyawan.
"Perusahaan harus memberikan ruang secara reguler bagi para karyawannya untuk menyatakan opini tentang bos masing-masing jika mereka ingin memiliki karyawan yang sehat, bahagia, dan bebas stress," demukian bunyi kesimpulan survei itu. Para peneliti itu membagi 150 bos yang menjadi respondennya dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah bos yang secara rutin menerima masukan dari 500 karyawannya dan kelompok satunya adalah bos yang menutup pintu dialog dengan bawahannya.
"Ketika para manager menerima masukan dari stafnya, maka dia akan mengubah gaya kepemimpinannya sehingga selanjutnya mereka akan menjadi manajer lebih efektif," demikian simpulan lainnya survei itu yang dibacakan oleh Emma Donaldson-Feilder, salah seorang penelitinya.
Menurutnya, manajer yang menutup pintu dialog dan jaga jarak terus dengan bawahannya, hanya akan menghasilkan bawahan yang tidak bahagia hingga stress dan penyakitan. "Pada gilirannya, kinerja perusahaan bakal terganggu."
Konsekuensi dari stress itu, kata Emma, efeknya meluas. Selain Depresi, dia juga akan mengalami gejala fisologis seperti tekanan darah tinggi dan berkurangnya kapasitas mental. "Stres adalah penyebab penting penyakit, tekanan psikis, dan ketidaknyamanan yang berimbas padatingginya biaya pengobatan untuk individu dan perusahaan," katanya.
Donaldson-Feilder dan koleganya kini tengah mengembangkan pembelajaran bagi para manajer tentang bagaimana mengelola anak buah. Ia akan membagikan kuisioner kepada para karyawan yang bisa diakses melalui media online.