bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online

Tuna Netra Yang Ahli Komputer

Sebuah kisah inspiratif baru saja saya baca dari majalah Tarbawi. Sebelum membahas kisahnya, saya ingin memperkenalkan sedikit tentang majalah Tarbawi ini (bagi yang belum kenal), dan saya sangat merekomendasikan pembaca untuk membacanya, berlanggananlah kalau perlu. Majalah yang terbit dua pekan sekali setiap hari Jumat, harganya hanya delapan ribu rupiah saja, tidak lebih mahal dari harga makan siang kita sehari-hari, namun isinya sangatlah bermanfaat dalam mengisi ruhiyah, menambah motivasi dan semangat beribadah, serta memperluas wawasan, insya Allah. Sekian perkenalan dan promosi majalah ini, kita kembali ke laptop topik, eh kembali ke kisah tuna netra yang menjadi ahli komputer

Namanya Eko Ramaditya Adikara, ia lahir dalam kondisi buta (buta mata, tapi tidak buta hati) di Semarang pada 3 Februari 1981. Namun, ia tidak pernah mendapatkan perlakukan yang berbeda oleh orang tuanya, sehingga ia tidak pernah merasakan perbedaan itu sejak kecil, perbedaan bahwa ia seorang tuna netra. Bahkan ia baru menyadari ketika masuk TK, yakni ketika ia ditanya oleh kawannya, “Rama, tahu nggak, kalo kamu buta?”, Rama balik bertanya, “Buta itu apa?”, “Buta ya tidak bisa melihat”, jawab kawannya. Ya, dari sana ia menyadari tentang kebutaan matanya, sebelumnya ia tidak pernah tahu kalau ternyata di dunia ini ada warna putih, kuning, biru, ada bagus dan ada buruk. Karena memang tidak pernah diberitahu oleh orangtuanya. Namun bukan berarti mereka ingin menyembunyikan, namun karena mereka ingin memperlakukan sama dengan saudara-saudaranya yang lain yang tida buta. Hikmahnya, ketika tahu kondisinya, ia tidak shock, karena biasa bermain bersama, jadi tidak ada perbedaan. Rama juga biasa hidup mandiri sejak kecilnya, sampai sekarang, ia kemana-mana bisa sendiri, hanya ditemani tongkatnya. Bahkan pernah sampai ke Bandung dan Palembang seorang diri.

Sekolah Rama

Setelah TK, Rama masuk SLB, disini ia tinggal di Asrama dan mengerjakan segala sesuatunya seorang diri. Dari SD, ia berkeinginan untuk melanjutkan ke SMP sekolah umum. Keinginannya terpenuhi, walaupun sempat diragukan oleh kepala sekolah bersangkutan, namun ia membuktikannya dengan meraih peringkat ke 7 dari 500 siswa pada saat penataran. Lulus SMP, ia melanjutkan ke madrasah untuk menambah ilmu agama, mengaji, membaca Al Quran dan pelajaran lainnya. Sampai kemudian alhamdulillah saat ini ia bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi, walau sempat juga diragukan oleh pihak kampusnya waktu itu.

Perkenalan dengan Komputer

Perkenalan Rama dengan dunia komputer yang kemudian menjadi bagian hidupnya saat ini, bermula dari kesukaannya bermain games waktu kecil ketika tinggal di asrama. Bahkan ia sering dimarahi oleh pengasuh asrama, namun sekarang ada sisi positifnya. Karena hobinya itu, kini bisa menjadi penghasilan dan sarana memiliki banyak teman. Saat ini, ia banyak membuat audio visual untuk permainan Nintendo. Dari bekerja dalam bidang animasi suara game di perusahaan Jepang Nintendo ia pernah dibayar cukup mahal untuk mengisi suara selama 2 menit.

Rama juga memiliki blog atau website pribadi www.ramaditya.com yang ia desain dan kelola sendiri. Sulit dipercaya memang, bahwa ia yang mendesain dan mengelola sendiri, tapi itulah kenyataannya, itulah yang terjadi, Allah Maha Adil, memberikan kelebihan di antara kekurangan seseorang. Motivasi juga buat kita yang tidak buta dan belum mempunyai blog… hayyooo ngeblog….!!! (provokator mode on)

Rama tercatat memiliki pengalaman kerja sebagai composer lepas develop game, squareEnix, Jepang, kontributor tetap Divinekids Associates, kontributor majalah Bekasi Kini, kolumnis Detikinet, kolumnis Mobile Magazine, perwakilan Indonesia di Thailand pada APCD (Asia PAsific Development Centre on Disability). Bahkan ia kini telah menerbitkan buku pertamanya berjudul Blind Power, berdamai dengan kegelapan. Sebuah buku yang menceritakan tentang kehidupannya, perjuangan dan teman-teman sekelilingnya. Motivasinya menulis buku ini adalah untuk memperlihatkan pada dunia bahwa seorang tuna netra juga bisa melakukan hal yang istimewa.

Ya begitulah, kalau kita punya niat dan cita-cita yang besar dan niat itu kita ucapkan dalam hati, terus sambil melakukan ikhtiar, insya Allah pasti akan selalu ada jalannya untuk tercapai, apapun kondisinya. Ada dua poin besar dalam al Quran yang menjadi rujukan Rama dalam hidupnya, yang pertama adalah Allah tidak membebani sesorang melainkan dengan kesanggupannya, dan yang kedua bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai kaum itu yang mengubah nasibnya sendiri.

Subhanallah, mudah-mudahan dapat menyuntikkan motivasi kepada kita yang notabene lebih beruntung dari Rama, untuk dapat berkarya lebih baik lagi, amiin…

“Tidaklah muncul karya-karya orang-orang besar, melainkan di tengah-tengah kesulitan dan kerja keras.” – Syaikh Muhammad Al Ghazali rahimahullah

nasruni.wordpress.com
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Belajar Bahasa Inggris