SEPERTI biasanya, menjelang tutup tahun, kembali peramal kondang Mama Lorens diundang stasiun televisi untuk menyampaikan prediksinya. Dan kepada stasiun televisi ANtv. Mamah Lorens mengatakan bahwa pada tahun 2010 akan ada seorang pimpinan atau Kepala Negara yang bakal dimundurkan atau dituntut mundur. Pada saat Mama Lorens menyampaikan ramalannya, Kamis (31/12) malam duduk dihadapannya Ruhut Sitompul, anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat.
Karena itu, ramalan Mama Lorens sengaja diplesetkan bahwa kejadian yang dia ramalkan tidak akan terjadi di Indonesia, tetapi di Negara lain. Pertanyaan dan persoalannya adalah apakah benar Mama Lorens memelesetkan ramalannya, atau memang yang dia ramal bukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)?
Sebagaimana kita ketahui, meski Mama Lorens seorang peramal handal nan jitu. Dia tetap saja manusia, yang memiliki rasa takut, ewuh pekewuh, alias tidak enak, karena saat dia memprediksi ada Ruhut. Padahal Mama Lorens sangat tahu, jika Si Poltak tersebut adalah pendukung setia SBY. Sehingga---barangkali---untuk menjaga perasaan, maka meskipun (mungkin) yang dimaksud pemimpin yang akan jatuh adalah SBY, tetapi Mama Lorens sengaja mengatakannya itu adalah Kepala Negara lain. Hanya permasalahannya Kepala Negara yang mana?
Sampai dengan tutup tahun 2009---kecuali diselingi berita tentang wafatnya KH Abdurahman Wahid (Gus Dur)---hampir semua fokus perhatian public tertuju kepada istana dan SBY. Setelah dihantam habis-habisan dengan kasus aliran dana Bank Century sebesar Rp6,7 triliun, yang berbuntut dengan dibentuknya Panitia Khusus (Pansus) Hak Angket DPR RI. Belakangan atau terakhir SBY dihantam dengan palugodam pengamat politik dan dosen Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, George Junus Aditjondro melalui bukunya yang berjudul Menguak Gurita Cikeas.
Berbeda dengan pukulan-pukulan sebelumnya, pukulan yang dilayangkan Aditjondro telak mengenai jantung pertahanan SBY. Karena dia langsung menohok Cikeas, SBY dan Ani Yudhoyono. Buku itu memang dengan amat sangat dasyat menghantam siapa pun yang dekat degan istana.
Tidak peduli media, apalagi pengasuhnya. Semuanya dibabat habis dalam buku tersebut, sehingga banyak tokoh politik senior menilai SBY bakal jatuh di tahun 2010. Apakah ramalan para politikus senior ini sama dengan yang dimaksud Mama Lorens? Kita tidak tahu, karena tadi, Mama Lorens tidaklah sama dengan Aditjondro. Jika pengamat yang banyak tinggal di Australia itu berani tunjuk hidung, Si Mama justreru sengaja berputar-putar sehingga orang akan menyimpulkannya sendiri.
Lepas benar tidaknya ramalan para pengamat politik dan paranormal semacam Mama Lorens. Suhu politik memang belakangan terlihat semakin tinggi. Dan bukan mustahil menapaki tahun 2010 akan semakin tinggi lagi. Terlebih setelah meninggalnya Gus Dur, kemarin. Selama ini, Gus Dur kerap menjadi filter persoalan bangsa. Pernyataannya yang nyeleneh sering dapat dijadikan alat tawar situasi politik yang meningkat. Sekarang, penyaring masalah itu sudah tiada, masih adakah pihak lain yang dapat memerankan peranan sentral yang selama ini dimainkan Gus Dur?
Karena itu, ramalan Mama Lorens sengaja diplesetkan bahwa kejadian yang dia ramalkan tidak akan terjadi di Indonesia, tetapi di Negara lain. Pertanyaan dan persoalannya adalah apakah benar Mama Lorens memelesetkan ramalannya, atau memang yang dia ramal bukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)?
Sebagaimana kita ketahui, meski Mama Lorens seorang peramal handal nan jitu. Dia tetap saja manusia, yang memiliki rasa takut, ewuh pekewuh, alias tidak enak, karena saat dia memprediksi ada Ruhut. Padahal Mama Lorens sangat tahu, jika Si Poltak tersebut adalah pendukung setia SBY. Sehingga---barangkali---untuk menjaga perasaan, maka meskipun (mungkin) yang dimaksud pemimpin yang akan jatuh adalah SBY, tetapi Mama Lorens sengaja mengatakannya itu adalah Kepala Negara lain. Hanya permasalahannya Kepala Negara yang mana?
Sampai dengan tutup tahun 2009---kecuali diselingi berita tentang wafatnya KH Abdurahman Wahid (Gus Dur)---hampir semua fokus perhatian public tertuju kepada istana dan SBY. Setelah dihantam habis-habisan dengan kasus aliran dana Bank Century sebesar Rp6,7 triliun, yang berbuntut dengan dibentuknya Panitia Khusus (Pansus) Hak Angket DPR RI. Belakangan atau terakhir SBY dihantam dengan palugodam pengamat politik dan dosen Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, George Junus Aditjondro melalui bukunya yang berjudul Menguak Gurita Cikeas.
Berbeda dengan pukulan-pukulan sebelumnya, pukulan yang dilayangkan Aditjondro telak mengenai jantung pertahanan SBY. Karena dia langsung menohok Cikeas, SBY dan Ani Yudhoyono. Buku itu memang dengan amat sangat dasyat menghantam siapa pun yang dekat degan istana.
Tidak peduli media, apalagi pengasuhnya. Semuanya dibabat habis dalam buku tersebut, sehingga banyak tokoh politik senior menilai SBY bakal jatuh di tahun 2010. Apakah ramalan para politikus senior ini sama dengan yang dimaksud Mama Lorens? Kita tidak tahu, karena tadi, Mama Lorens tidaklah sama dengan Aditjondro. Jika pengamat yang banyak tinggal di Australia itu berani tunjuk hidung, Si Mama justreru sengaja berputar-putar sehingga orang akan menyimpulkannya sendiri.
Lepas benar tidaknya ramalan para pengamat politik dan paranormal semacam Mama Lorens. Suhu politik memang belakangan terlihat semakin tinggi. Dan bukan mustahil menapaki tahun 2010 akan semakin tinggi lagi. Terlebih setelah meninggalnya Gus Dur, kemarin. Selama ini, Gus Dur kerap menjadi filter persoalan bangsa. Pernyataannya yang nyeleneh sering dapat dijadikan alat tawar situasi politik yang meningkat. Sekarang, penyaring masalah itu sudah tiada, masih adakah pihak lain yang dapat memerankan peranan sentral yang selama ini dimainkan Gus Dur?