Berdiri berjam-jam, bahkan dari pagi hingga petang, menunggu pelanggan di event sespektakuler Indonesia International Motor Show (IIMS), mungkin bagi sebagian orang terlihat pekerjaan gampang. Padahal, selain high heels, sambaran tangan-tangan pria 'jahil' merupakan godaan terberat bagi seorang Sales Promotion Girl (SPG) di JIExpo, Kemayoran, Jakarta.
"Pegel juga sih harus berdiri sepuluh jam memakai hak tinggi," ujar Diana (27), SPG Dunlop, di IIMS, Kemayoran, Jakarta.
Diana sebutlah salah satu dari ratusan gadis 'pemanis' ratusan stan mobil dan aksesoris kendaraan bermotor di sana hingga 1 Agustus 2010 mendatang. Profesi yang kebanyakan diincar oleh para remaja usia belasan ini, cukup menggiurkan.
"Kalau event besar seperti sekarang (IIMS) sehari bisa Rp400-500 ribu, belum lagi kalau lembur," ungkap Diana yang saat itu sedang mengenakan blouse rok warna kuning di atas lutut.
Ada dua shift di tempat Diana bekerja saat ini, yaitu mulai pukul 12.00-18.00 WIB, dan shift kedua 16.00-22.00 WIB. Jika temannya tak masuk kerja, maka rekannya yang lain rata-rata dengan senang hati menggantikan untuk lembur long shift. "Sangat lumayan. Bayarannya dihitung satu hari kerja full, jadi double," tutur lajang yang sejak kuliah menggeluti profesi itu.
Pernah ia punya pengalaman tak mengenakan, sama seperti rekan-rekan seprofesinya kebanyakan. Seorang pria nyaris mengajaknya kencan. "Dia minta nomer telepon ngajak kenalan, cuma saya bilang nggak bisa. Itu privacy," kisahnya.
Urusan menghadapi lelaki iseng, Nadia (23), punya cara lain. SPG sebuah brand velg dan assesoris mobil ini, ditawari kencan satu malam di hotel. "Dia mau ditemenin semalam Rp10 juta, tapi saya tolak karena saya kerja profesional menjual produk, bukan diri," papar mahasiswi berpostur 1,67 meter tersebut.
Cintya (18) punya cerita lain. Baru dua hari jadi mendapat job SPG rokok, ia terpaksa bolos sekolah. "Kerja full sepuluh hari di sini bisa beli Ipad," kata SPG oli Castrol tersebut ketika ditemui di sudut Hall A, JIExpo, Kemayoran.
Jika waktu pulang jam malam tiba, para SPG pun agak khawatir untuk pulang ke rumah tanpa ditemani rekan SPG lainnya. "Ayah atau pacar yang menjemput saya di sini, kalau sendiri walaupun pakai taksi agak takut," imbuhnya.
Meski bekerja sambilan, atau full time mereka hanya boleh istirahat satu jam untuk makan atau sekadar duduk-duduk melepas pegal. "Ingatnya uang aja, pasti nggak kerasa capeknya," tandas Cintya.
"Pegel juga sih harus berdiri sepuluh jam memakai hak tinggi," ujar Diana (27), SPG Dunlop, di IIMS, Kemayoran, Jakarta.
Diana sebutlah salah satu dari ratusan gadis 'pemanis' ratusan stan mobil dan aksesoris kendaraan bermotor di sana hingga 1 Agustus 2010 mendatang. Profesi yang kebanyakan diincar oleh para remaja usia belasan ini, cukup menggiurkan.
"Kalau event besar seperti sekarang (IIMS) sehari bisa Rp400-500 ribu, belum lagi kalau lembur," ungkap Diana yang saat itu sedang mengenakan blouse rok warna kuning di atas lutut.
Ada dua shift di tempat Diana bekerja saat ini, yaitu mulai pukul 12.00-18.00 WIB, dan shift kedua 16.00-22.00 WIB. Jika temannya tak masuk kerja, maka rekannya yang lain rata-rata dengan senang hati menggantikan untuk lembur long shift. "Sangat lumayan. Bayarannya dihitung satu hari kerja full, jadi double," tutur lajang yang sejak kuliah menggeluti profesi itu.
Pernah ia punya pengalaman tak mengenakan, sama seperti rekan-rekan seprofesinya kebanyakan. Seorang pria nyaris mengajaknya kencan. "Dia minta nomer telepon ngajak kenalan, cuma saya bilang nggak bisa. Itu privacy," kisahnya.
Urusan menghadapi lelaki iseng, Nadia (23), punya cara lain. SPG sebuah brand velg dan assesoris mobil ini, ditawari kencan satu malam di hotel. "Dia mau ditemenin semalam Rp10 juta, tapi saya tolak karena saya kerja profesional menjual produk, bukan diri," papar mahasiswi berpostur 1,67 meter tersebut.
Cintya (18) punya cerita lain. Baru dua hari jadi mendapat job SPG rokok, ia terpaksa bolos sekolah. "Kerja full sepuluh hari di sini bisa beli Ipad," kata SPG oli Castrol tersebut ketika ditemui di sudut Hall A, JIExpo, Kemayoran.
Jika waktu pulang jam malam tiba, para SPG pun agak khawatir untuk pulang ke rumah tanpa ditemani rekan SPG lainnya. "Ayah atau pacar yang menjemput saya di sini, kalau sendiri walaupun pakai taksi agak takut," imbuhnya.
Meski bekerja sambilan, atau full time mereka hanya boleh istirahat satu jam untuk makan atau sekadar duduk-duduk melepas pegal. "Ingatnya uang aja, pasti nggak kerasa capeknya," tandas Cintya.