Mencegah lebih baik daripada mengobati, demikian bunyi sebuah pepatah lama. Hal ini berlaku pada penanganan kesehatan dengan teknik Touch for Health (TFH), suatu metode pencegahan dan penyembuhan secara holistik.
TFH menggabungkan pengetahuan chiropractic, akupresur, ilmu gizi, dan kinesiologi. Dalam praktik pengobatannya, TFH menyeimbangkan energi dalam tubuh dan merangsang daya penyembuhan dari dalam diri sendiri. TFH menggunakan otot sebagai mekanisme bio-feedback (umpan balik biologis).
Menurut Elisabeth Demuth, praktisi dan instruktur kinesiologi, brain gym, dan TFH, otot adalah tempat berlangsungnya interaksi antara tubuh dan pikiran. Ia mencontohkan, "Ketegangan yang Anda rasakan di leher sewaktu merasa tertekan bisa saja menetap walaupun masalah sudah terselesaikan. Itu karena situasi tersebut atau situasi sejenis bisa saja mengaktivasi kembali masalah tegang leher sebelumnya. Sebab, otot adalah bagian luar dari pikiran yang dapat diperlihatkan."
Metode TFH tidak bekerja pada otot yang kaku, tetapi justru untuk menguatkan otot yang lemah. Bila kekakuan tetap bertahan, diperlukan upaya melemaskan atau menenangkan otot yang kaku. Dengan menggunakan kinesiologi terapan, yaitu teknik keseimbangan otot, Elisabeth menguji kelemahan otot spesifik kemudian memperbaikinya.
Tubuh Koheren
Elis, demikian terapis itu biasa disapa, mengingatkan bahwa TFH tidak hanya mengobati otot semata. Menurutnya, tubuh adalah suatu kesatuan yang koheren, dengan sistem dan fungsinya yang berbeda-beda.
Beberapa otot berhubungan dengan sistem organ tertentu karena otot-otot tersebut menggunakan saluran limfa atau berada pada meridian akupuntur yang sama. Bila fungsi otot itu diperbaiki dengan memulihkan aliran energi pada sistem tersebut, tindakan itu juga akan memperbaiki organ yang menggunakan sistem yang sama.
"Meski demikian, TFH tidak mengobati organ atau penyakit atau gejala itu sendiri. TFH hanya memperbaiki dan menguatkan saluran energi agar tubuh mampu mengobati diri sendiri," ujarnya.
Untuk itulah, Elis dengan teknik TFH mencoba untuk berpikir tentang tubuh seutuhnya, sebagai satu kesatuan. Dicontohkan, bila ada otot yang tegang pada pinggul, dari otot pasangannya yang melemah akan muncul gangguan pada pinggul akibat ketegangan yang menghambat gerakan. Gangguan itu akan memberikan tingkat ketegangan yang berbeda pada kaki. Dan bila kaki berada pada posisi berbeda, akan memberikan ketegangan pada kelompok otot yang lain.
Hal ini akan mengakibatkan perubahan pada sikap tubuh secara umum, yang selanjutnya akan memengaruhi posisi organ internal. "Akibatnya, akan terjadi hambatan pada gizi organ dan perubahan pada ekskresi dan fungsi hormonal. Keseimbangan kimia dan
psikologi akan berubah, yang bakal memengaruhi sel-sel dalam tubuh," katanya.
Ditambahkan, pada saat tubuh dan pikiran terganggu, seseorang akan mengalami perbedaan dalam pikir dan rasa. Demikian juga dengan sikap tubuh. Selanjutnya akan terjadi ketegangan baru di bagian tubuh lain, sehingga siklus akan berulang kembali. Jadi, katanya, apa pun yang kita perbuat pasti akan memengaruhi bagian tubuh lain.
Uji Kekuatan Otot
TFH, kata Elis, memberi solusi yang sederhana, alami, efektif, dan murah. Hanya dengan dua tangan, Anda sudah memperoleh penyeimbangan energi dan mengaktifkan daya sembuh dari dalam diri sendiri.
Namun, perlu dipahami juga, TFH tidak melakukan diagnosis, memberikan resep, atau merawat penyakit tertentu, melainkan hanya menyeimbangkan energi tubuh. Sebab, menurut Elis, kenyataannya tidak ada penyembuh yang menyembuhkan, yang ada hanyalah tubuh yang melakukan proses penyembuhan.
"Setiap sel mengandung cetak biru yang lengkap untuk membangun seluruh tubuh. Semua sel dalam tubuh, kecuali sel dalam sistem saraf pusat, berganti setiap 7 tahun.
Beberapa peneliti malah punya keyakinan pergantian sel jauh lebih cepat dari 7 tahun. Contohnya, sel saluran usus berganti tiap 36 jam. Karena itu, tak ada satu hal pun yang melebihi kemampuan tubuh untuk menyembuhkan dirinya sendiri," paparnya.
Pada awal penyeimbangan, Elis menggunakan tes otot, yang ditujukan sekali untuk menentukan kelancaran energi dalam tubuh. Caranya, tangan kirinya memegang tangan kanan pasien, dan tangan kanannya memegang titik-titik meridian.
Ada 14 otot yang dites. Masing-masing berhubungan dengan salah satu meridian. Tes pertama dilakukan pada otot sentral. Kemudian berturut-turut otot teres mayor, lambung, limpa dan pankreas, jantung, usus kecil, kandung kemih, ginjal, perikardium, san ciao, deltoideus anterior, hati, paru-paru, dan usus besar.
Bila tes otot menunjukkan otot lemah, Elis akan melakukan penguatan. Begitu seterusnya sampai diyakini bahwa otot yang telah dikuatkan tidak lagi mengalami kelemahan.
Banyak Minum
Pada saat menguatkan otot yang lemah, Elis biasa menggunakan salah satu atau kombinasi dari teknik refleks spinal (digunakan bila otot kiri dan kanan lemah), titik pijat neurolimfatis, titik neurovaskular, meridian, titik tekan akupresur, dan origin insersio.
Elis mencontohkan, kombinasi refieks spinal harus dilakukan bila ditemukan kelemahan otot pada kedua sisi tubuh. Bila otot yang lemah hanya satu sisi saja, penguatannya dimulai dengan memijat titik neurolimpatis di dada dan punggung. Titik pijat ini berfungsi sebagai pemutus aliran atau sekering yang akan menutup bila sistem kelebihan beban.
Saat praktik, Elis menasihati pasien untuk mengonsumsi makanan sealami mungkin. Makanan segar adalah yang terbaik. Aturan sederhananya, hanya mengonsumsi makanan utuh, hindari makanan yang diproses terlebih dahulu atau diolah dalam bentuk lain.
Elis juga menganjurkan pasien minum air sebanyak mungkin. Orang sehat harus minum sekurang-kurangnya 30 cc untuk tiap kg berat badan, dan dilipatgandakan pada saat stres atau sakit. Contohnya, orang sehat dengan berat badan 50 kg, memerlukan 1,5
liter air tiap hari. Bila sakit, stres, atau berkeringat banyak, ia membutuhkan sampai 3 liter air sehari.
Dari Perawat Hingga Pelajar
Adalah Johanna Elisabeth Demuth, orang yang mengembangkan Touch for Health (TFH) di Indonesia, khususnya di Tomohon, Sulawesi Utara. Ia belajar langsung dari penemu TFH, Dr. john Thie, DC, di California, Amerika Serikat.
Awalnya perempuan kelahiran Swiss, 3 Desember 1951 ini bidan yang bekerja di Tomohon, Sulewesi Utara. Pekerjaan itu dilakoni dari tahun 1980 hingga 1994. selanjutnya tahun 1994 hingga sekarang, Elis menjadi instruktur pelatihan kinesiologi, brain gym (senam otak), dan TFH di Indonesia.
Di awal pekejaannya, sambil memberikan pelayanan kebidanan di wilayah Indonesia bagian tengah itu, ia banyak menimba ilmu pengobatan. Salah satu yang dipelajarinya adalah teknik kinesiologi, ilmu mengaktifkan otot dengan menggunakan teknik tes otot untuk menentukan kebutuhan dan keberhasilan penanganan.
Hal ini dilakukan saat ia pulang ke kampung halamannya di Swiss. Ia kursus kinesiologi, di Zurich, Swiss, tahun 1993, dilanjutkan belajar TFH tahun 1994.
Kata lulusan perawat dan bidan di Universitas Zurich, Swiss ini, TFH sangat cocok untuk segala umur. Ia bercita-cita mneyebarkan teknik ini agar banyak orang tidak perlu ke rumah sakit atau ke dokter."Kalau bisa ditangani sedini mungkin kenapa tidak?" kata perempuan yang masih melajang ini.
Cita-cita Elis cukup masuk akal. Sebab, teknik TFH atau yang di Indonesiakan sebagai teknik sentuh agar sehat ini merupakan teknik deteksi badan sekaligus penyembuhan. Kalau badan Anda kekurangan air misalnya, Anda bisa mengecek sendiri kemudian mengatasinya dengan minum air.
Sejak mengenalkan teknik ini tahun 1994, permintaan mengajar terus-menerus mengalir. Manado, Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan beberapa kota di Kalimantan sudah ia jelajahi, karena ingin berbagi ilmu TFH ini. Untuk memayungi kegiatannya ini ia mendirikan Yayasan Kinesiologi Indonesia pada 8 Agustus 2002.