Tujuh cakra utama dan posisi meditasi tanpa beban: Cakra Mahkota (1), Cakra Ajna (2), Cakra Tenggorok (3), Cakra Jantung (4), Cakra Solar Plexus (5), Cakra Seks (6), Cakra Dasar (7).
Pengetahuan tentang cakra sudah lama ada. Barangkali sama tuanya dengan upaya manusia menemukan kekuatan penyembuh dalam dirinya sendiri.
Namun, pengetahuan tadi masih lebih banyak digunakan secara pasif, sebagai panduan untuk menyalurkan energi penyembuh, baik itu reiki, prana, dan sebagainya. Padahal kalau cakra-cakra itu "diaktifkan", daya penyembuhnya tak bisa dianggap enteng.
Bener, lo. Aktivasi cakra (bhs. India, chakra), yang artinya kira-kira "pusat penyalur energi" dalam tubuh, minimal dapat menjaga keseimbangan kerja berbagai sistem dalam tubuh. Dengan begitu, bukan cuma kesehatan fisik yang terjaga. Secara psikologis, mental pun terhindar dari berbagai gangguan. Tujuan akhirnya memang menciptakan manusia yang bugar jiwa dan raga.
Satu lagi yang tak kalah penting. Meski lebih banyak ditujukan untuk tindakan preventif, aktivasi cakra juga manjur untuk mengusir berbagai penyakit. Belakangan dikenal dengan nama chakra healing. Untuk itu, fungsi masing-masing cakra dan kemungkinan penyakit yang ditimbulkan, terutama dari tujuh cakra utama, mesti dipahami dulu.
Ada 72 ribu meridian
Sebagai salah satu cara penyembuhan alternatif, chakra healing memanfaatkan tenaga hidup (bioenergi) yang terdapat dalam makhluk hidup. Bioenergi ini merupakan tenaga vital yang mempunyai sifat dasar mirip dengan energi lain, macam panas atau energi listrik.
Jika darah mengalir lewat pembuluh, bioenergi tadi mengalir lewat suatu "lorong" yang dinamai meridian. Meridian ini berpangkal pada titik-titik tertentu pada tubuh, membentuk pusat-pusat energi. Pusat energi inilah yang disebut cakra.
Tubuh kita kira-kira mempunyai 72.000-an meridian. Itu sebabnya, jumlah pusat energi atau cakra juga sangat banyak. Termasuk cakra utama yang bertugas mengendalikan fungsi-fungsi penting tubuh manusia. Ada yang menyatakan, tubuh kita memiliki 8, 12, 15, bahkan 17 cakra utama.
Di Indonesia mazhab tujuh cakra utama lebih banyak pengikutnya. Ketujuh pusat energi itu masing-masing cakra dasar yang letaknya di dasar tulang punggung. Fungsinya sebagai "akar" penunjang kehidupan, dan dilambangkan dengan warna merah berkilauan. Konon, energi dari Bumi masuk lewat cakra ini. Dia juga yang mengendalikan dan memberi energi pada susunan tulang, sistem otot, dan reproduksi darah. Jadi, jika ada gangguan menyangkut kerja otot atau tulang, cakra inilah sumber masalahnya.
Cakra kedua berhubungan dengan aspek seksual. Posisinya ada di sekitar organ seksual, sering diidentifikasi dengan warna oranye. Tugasnya mengendalikan dan memberi energi pada organ-organ di rongga panggul, termasuk organ reproduksi, saluran kemih dan sekitarnya. Penyakit yang sering bersumber dari pusat energi ini: kemandulan, impotensi, infeksi saluran kemih, serta pembesaran prostat.
Cakra utama ketiga dinamai solar plexus. Letaknya di bagian kosong pertemuan antara tulang rusuk dan ulu hati, dilambangkan dengan warna kuning. Titik ini berfungsi sebagai pusat emosi, seperti berani, ulet, aktif, marah, benci, hingga sakit hati. Selain itu, ia mengendalikan energi pada hati, pankreas, lambung, usus besar, dan usus kecil. Juga berhubungan dengan sistem pencernaan, pengolahan, dan pembuangan sisa makanan.
Sedangkan cakra jantung, berpangkal di bagian tengah dada depan dan belakang, lazimnya divisualisasikan dalam warna hijau zamrud cemerlang. Dikenal juga sebagai pusat emosi halus, seperti belas kasih, kedamaian, kegembiraan, keramahan, kepekaan, sumber cinta kasih dan nurani. Juga melambangkan kepedulian terhadap orang lain dan mengendalikan energi pada jantung, kelenjar timus, serta paru-paru.
Berikutnya, cakra tenggorok, diasosiasikan dengan warna biru. Konon, inilah pusat energi yang mengekspresikan pemikiran, perasaan, dan keinginan. Kalau cakra ini kuat, pemiliknya bakal berani mengatakan ya atau tidak. Dalam kerja samanya dengan organ-organ tubuh lain, cakra tenggorok bertanggung jawab atas pemberian energi pada tenggorok, saluran udara, serta kelenjar tiroid.
Setelah itu, sampai ke cakra keenam alias cakra master alias cakra ajna atau mata ketiga. Pusat energi satu ini punya kedudukan cukup istimewa karena melambangkan kebijaksanaan. Warnanya biru keunguan atau nila, dengan tugas utama mengendalikan dan memberi energi pada kelenjar-kelenjar, sistem endokrin, dan cakra utama lainnya. Disebut mata ketiga karena cakra ini juga mengontrol dan mengendalikan kemampuan melihat sesuatu yang bersifat nonfisik. Jika terganggu, tubuh bakal mudah kehilangan keseimbangan, malfungsi kelenjar endokrin, serta problem mata, telinga, dan hidung.
Terakhir, cakra mahkota. Posisinya paling tinggi di antara pusat energi yang ada, karena nongkrong di bagian atas kepala atau ubun-ubun. Karena itulah, dia diberi tanggung jawab mengendalikan dan memberi energi pada kelenjar pineal, sistem saraf, otak serta keseimbangan kiri-kanan. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan gangguan saraf berasal dari "menumpuknya kotoran" pada cakra ini.
Mengapa keseimbangan cakra-cakra utama tadi demikian penting?
Melihat pentingnya fungsi dan tanggung jawabnya pada sistem-sistem dan jaringan dalam tubuh, "Pertanyaan tadi akan terjawab secara otomatis (bahwa keseimbangan itu perlu)," ujar Janti Atmodjo, konselor pengobatan holistik. Setidaknya, demi keseimbangan tiga sistem utama dalam tubuh yaitu sistem saraf otonom (pernapasan, denyut jantung), imunitas (perlawanan terhadap penyakit), serta hormonal (salah satu manfaatnya membuat manusia awet muda).
Mirip sebuah sirkuit listrik, energi datang dari berbagai penjuru. Tenaga ini kemudian disalurkan dari badan halus ke fisik manusia. Makin lancar aliran meridian ini, makin bagus jalannya pengobatan. Sedangkan makin bersih cakra, makin lancar pula aliran energi yang datang.
Lantas, bagaimana caranya mengaktifkan cakra?
Selain lewat meditasi, olahraga juga dapat mengaktifkan cakra.
Soalnya, "Sport itu 'kan menyerap energi," tegas Janti lagi. Jika kebiasaan berolahraga dilakukan dengan teratur, kebersihan cakra bisa tetap terjaga karena aliran energi berjalan dengan lancar. Masalahnya, kebanyakan olahraga lebih memanjakan pengolahan cakra bawah, terutama pusat energi dasar (otot dan tulang). Pada seorang atlet, misalnya, cakra dasarnya lebih besar dari cakra mahkota ataupun cakra ajna.
Makanya, di mata Indra Gunawan, Ketua Yayasan Prana Indonesia, olahraga yang dimaksud di sini bukan olahraga berat seperti tinju, atau yang memanjakan organ tertentu semisal angkat besi. "Tapi yang menggerakkan seluruh tubuh. Contohnya, joging sembari perlahan-lahan menarik dan mengembuskan napas. Atau berenang," tutur Indra. Olahraga ringan dan olahnapas, jika dikombinasikan, sangat besar manfaatnya untuk menciptakan kondisi homeostatis (keseimbangan).
Selain itu, baik Janti maupun Indra mengungkapkan pentingnya mempraktikkan gaya hidup sehat. Salah satunya, jangan mudah stres.
"Lama-lama solar plexus bisa keberatan beban, hingga mengganggu aliran energi, baik yang menuju dan menjauhi cakra tadi, maupun yang menuju cakra lainnya. Meski tempatnya berbeda-beda, ketujuh cakra utama tadi tetap satu kesatuan yang saling mempengaruhi."
Gaya hidup yang juga ikut mempengaruhi sehat atau tidaknya cakra adalah kebiasaan makan dan waktu beristirahat.
"Kalau dari dalam sudah ada panggilan untuk makan, ya makan. Eggak usah ditunggu sampai perut sakit. Atau kalau sudah kenyang, enggak perlu nambah hingga melebihi batas," ucap Indra Gunawan. Begitu pun jika tubuh sudah terasa penat dan lelah, jangan menunda atau mendiskon jadwal istirahat. Karena tubuh bukan mesin yang bisa diajak bekerja tanpa batas.
Menurut Janti, rumusan gaya hidup sehat bisa disederhanakan dalam satu kalimat. Yakni "back to nature". Katanya, "Selama ini kita lebih banyak memperhatikan suara-suara dari luar." Contohnya, kalau di kantor sedang banyak pekerjaan, makan sering ditempatkan sebagai aktivitas nomor sekian. Atau diet ketat yang dilakukan agar tubuh tampil lebih seksi dan berisi. Padahal, "Memperhatikan suara dari dalam itu penting. Agar penyakit psikis dan psikologis sulit menembus badan."
"Kalau keseimbangan itu berlangsung secara berkesimbambungan, 'kan bisa menghemat biaya maintenance tubuh, seperti pembelian vitamin dan obat-obatan 'doping' lainnya," simpul Indra Gunawan. Tapi, apakah cuma daya preventif yang bisa diperoleh dari upaya menyeimbangkan cakra?
Sesuai namanya, chakra healing dapat menyembuhkan secara langsung berbagai penyakit, meski terbatas pada penyakit ringan. "Kalau cuma pusing, pilek atau stres, masih bisa ditanggulangi, terutama lewat meditasi," ujar Indra dan Janti senada.
Tapi untuk penyakit berat seperti kanker, mag kronis, gangguan jantung, dan lainnya, lazimnya dikombinasikan dengan metode pengobatan lain. Paling sering, chakra healing digabung dengan prana atau reiki sebagai penyembur energi. Bisa langsung ke cakra yang bermasalah (prana) maupun disemburkan ke sepanjang jalur meridian tempat bercokolnya cakra-cakra tadi (reiki).
Janti pun bercerita tentang seorang pasiennya, yang oleh dokter divonis tak mungkin lagi diobati, lantaran penyebaran kankernya sudah demikian parah. Namun, sambil meminum obat-obatan dan menjalani kemoterapi, pasien bersangkutan juga mengimbanginya dengan chakra healing. Baik dilakukan terpisah, maupun dikombinasikan dengan prana dan reiki. Hasilnya, makin lama si pasien merasakan penderitaannya kian berkurang.
Pengetahuan tentang cakra sudah lama ada. Barangkali sama tuanya dengan upaya manusia menemukan kekuatan penyembuh dalam dirinya sendiri.
Namun, pengetahuan tadi masih lebih banyak digunakan secara pasif, sebagai panduan untuk menyalurkan energi penyembuh, baik itu reiki, prana, dan sebagainya. Padahal kalau cakra-cakra itu "diaktifkan", daya penyembuhnya tak bisa dianggap enteng.
Bener, lo. Aktivasi cakra (bhs. India, chakra), yang artinya kira-kira "pusat penyalur energi" dalam tubuh, minimal dapat menjaga keseimbangan kerja berbagai sistem dalam tubuh. Dengan begitu, bukan cuma kesehatan fisik yang terjaga. Secara psikologis, mental pun terhindar dari berbagai gangguan. Tujuan akhirnya memang menciptakan manusia yang bugar jiwa dan raga.
Satu lagi yang tak kalah penting. Meski lebih banyak ditujukan untuk tindakan preventif, aktivasi cakra juga manjur untuk mengusir berbagai penyakit. Belakangan dikenal dengan nama chakra healing. Untuk itu, fungsi masing-masing cakra dan kemungkinan penyakit yang ditimbulkan, terutama dari tujuh cakra utama, mesti dipahami dulu.
Ada 72 ribu meridian
Sebagai salah satu cara penyembuhan alternatif, chakra healing memanfaatkan tenaga hidup (bioenergi) yang terdapat dalam makhluk hidup. Bioenergi ini merupakan tenaga vital yang mempunyai sifat dasar mirip dengan energi lain, macam panas atau energi listrik.
Jika darah mengalir lewat pembuluh, bioenergi tadi mengalir lewat suatu "lorong" yang dinamai meridian. Meridian ini berpangkal pada titik-titik tertentu pada tubuh, membentuk pusat-pusat energi. Pusat energi inilah yang disebut cakra.
Tubuh kita kira-kira mempunyai 72.000-an meridian. Itu sebabnya, jumlah pusat energi atau cakra juga sangat banyak. Termasuk cakra utama yang bertugas mengendalikan fungsi-fungsi penting tubuh manusia. Ada yang menyatakan, tubuh kita memiliki 8, 12, 15, bahkan 17 cakra utama.
Di Indonesia mazhab tujuh cakra utama lebih banyak pengikutnya. Ketujuh pusat energi itu masing-masing cakra dasar yang letaknya di dasar tulang punggung. Fungsinya sebagai "akar" penunjang kehidupan, dan dilambangkan dengan warna merah berkilauan. Konon, energi dari Bumi masuk lewat cakra ini. Dia juga yang mengendalikan dan memberi energi pada susunan tulang, sistem otot, dan reproduksi darah. Jadi, jika ada gangguan menyangkut kerja otot atau tulang, cakra inilah sumber masalahnya.
Cakra kedua berhubungan dengan aspek seksual. Posisinya ada di sekitar organ seksual, sering diidentifikasi dengan warna oranye. Tugasnya mengendalikan dan memberi energi pada organ-organ di rongga panggul, termasuk organ reproduksi, saluran kemih dan sekitarnya. Penyakit yang sering bersumber dari pusat energi ini: kemandulan, impotensi, infeksi saluran kemih, serta pembesaran prostat.
Cakra utama ketiga dinamai solar plexus. Letaknya di bagian kosong pertemuan antara tulang rusuk dan ulu hati, dilambangkan dengan warna kuning. Titik ini berfungsi sebagai pusat emosi, seperti berani, ulet, aktif, marah, benci, hingga sakit hati. Selain itu, ia mengendalikan energi pada hati, pankreas, lambung, usus besar, dan usus kecil. Juga berhubungan dengan sistem pencernaan, pengolahan, dan pembuangan sisa makanan.
Sedangkan cakra jantung, berpangkal di bagian tengah dada depan dan belakang, lazimnya divisualisasikan dalam warna hijau zamrud cemerlang. Dikenal juga sebagai pusat emosi halus, seperti belas kasih, kedamaian, kegembiraan, keramahan, kepekaan, sumber cinta kasih dan nurani. Juga melambangkan kepedulian terhadap orang lain dan mengendalikan energi pada jantung, kelenjar timus, serta paru-paru.
Berikutnya, cakra tenggorok, diasosiasikan dengan warna biru. Konon, inilah pusat energi yang mengekspresikan pemikiran, perasaan, dan keinginan. Kalau cakra ini kuat, pemiliknya bakal berani mengatakan ya atau tidak. Dalam kerja samanya dengan organ-organ tubuh lain, cakra tenggorok bertanggung jawab atas pemberian energi pada tenggorok, saluran udara, serta kelenjar tiroid.
Setelah itu, sampai ke cakra keenam alias cakra master alias cakra ajna atau mata ketiga. Pusat energi satu ini punya kedudukan cukup istimewa karena melambangkan kebijaksanaan. Warnanya biru keunguan atau nila, dengan tugas utama mengendalikan dan memberi energi pada kelenjar-kelenjar, sistem endokrin, dan cakra utama lainnya. Disebut mata ketiga karena cakra ini juga mengontrol dan mengendalikan kemampuan melihat sesuatu yang bersifat nonfisik. Jika terganggu, tubuh bakal mudah kehilangan keseimbangan, malfungsi kelenjar endokrin, serta problem mata, telinga, dan hidung.
Terakhir, cakra mahkota. Posisinya paling tinggi di antara pusat energi yang ada, karena nongkrong di bagian atas kepala atau ubun-ubun. Karena itulah, dia diberi tanggung jawab mengendalikan dan memberi energi pada kelenjar pineal, sistem saraf, otak serta keseimbangan kiri-kanan. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan gangguan saraf berasal dari "menumpuknya kotoran" pada cakra ini.
Mengapa keseimbangan cakra-cakra utama tadi demikian penting?
Melihat pentingnya fungsi dan tanggung jawabnya pada sistem-sistem dan jaringan dalam tubuh, "Pertanyaan tadi akan terjawab secara otomatis (bahwa keseimbangan itu perlu)," ujar Janti Atmodjo, konselor pengobatan holistik. Setidaknya, demi keseimbangan tiga sistem utama dalam tubuh yaitu sistem saraf otonom (pernapasan, denyut jantung), imunitas (perlawanan terhadap penyakit), serta hormonal (salah satu manfaatnya membuat manusia awet muda).
Mirip sebuah sirkuit listrik, energi datang dari berbagai penjuru. Tenaga ini kemudian disalurkan dari badan halus ke fisik manusia. Makin lancar aliran meridian ini, makin bagus jalannya pengobatan. Sedangkan makin bersih cakra, makin lancar pula aliran energi yang datang.
Lantas, bagaimana caranya mengaktifkan cakra?
Selain lewat meditasi, olahraga juga dapat mengaktifkan cakra.
Soalnya, "Sport itu 'kan menyerap energi," tegas Janti lagi. Jika kebiasaan berolahraga dilakukan dengan teratur, kebersihan cakra bisa tetap terjaga karena aliran energi berjalan dengan lancar. Masalahnya, kebanyakan olahraga lebih memanjakan pengolahan cakra bawah, terutama pusat energi dasar (otot dan tulang). Pada seorang atlet, misalnya, cakra dasarnya lebih besar dari cakra mahkota ataupun cakra ajna.
Makanya, di mata Indra Gunawan, Ketua Yayasan Prana Indonesia, olahraga yang dimaksud di sini bukan olahraga berat seperti tinju, atau yang memanjakan organ tertentu semisal angkat besi. "Tapi yang menggerakkan seluruh tubuh. Contohnya, joging sembari perlahan-lahan menarik dan mengembuskan napas. Atau berenang," tutur Indra. Olahraga ringan dan olahnapas, jika dikombinasikan, sangat besar manfaatnya untuk menciptakan kondisi homeostatis (keseimbangan).
Selain itu, baik Janti maupun Indra mengungkapkan pentingnya mempraktikkan gaya hidup sehat. Salah satunya, jangan mudah stres.
"Lama-lama solar plexus bisa keberatan beban, hingga mengganggu aliran energi, baik yang menuju dan menjauhi cakra tadi, maupun yang menuju cakra lainnya. Meski tempatnya berbeda-beda, ketujuh cakra utama tadi tetap satu kesatuan yang saling mempengaruhi."
Gaya hidup yang juga ikut mempengaruhi sehat atau tidaknya cakra adalah kebiasaan makan dan waktu beristirahat.
"Kalau dari dalam sudah ada panggilan untuk makan, ya makan. Eggak usah ditunggu sampai perut sakit. Atau kalau sudah kenyang, enggak perlu nambah hingga melebihi batas," ucap Indra Gunawan. Begitu pun jika tubuh sudah terasa penat dan lelah, jangan menunda atau mendiskon jadwal istirahat. Karena tubuh bukan mesin yang bisa diajak bekerja tanpa batas.
Menurut Janti, rumusan gaya hidup sehat bisa disederhanakan dalam satu kalimat. Yakni "back to nature". Katanya, "Selama ini kita lebih banyak memperhatikan suara-suara dari luar." Contohnya, kalau di kantor sedang banyak pekerjaan, makan sering ditempatkan sebagai aktivitas nomor sekian. Atau diet ketat yang dilakukan agar tubuh tampil lebih seksi dan berisi. Padahal, "Memperhatikan suara dari dalam itu penting. Agar penyakit psikis dan psikologis sulit menembus badan."
"Kalau keseimbangan itu berlangsung secara berkesimbambungan, 'kan bisa menghemat biaya maintenance tubuh, seperti pembelian vitamin dan obat-obatan 'doping' lainnya," simpul Indra Gunawan. Tapi, apakah cuma daya preventif yang bisa diperoleh dari upaya menyeimbangkan cakra?
Sesuai namanya, chakra healing dapat menyembuhkan secara langsung berbagai penyakit, meski terbatas pada penyakit ringan. "Kalau cuma pusing, pilek atau stres, masih bisa ditanggulangi, terutama lewat meditasi," ujar Indra dan Janti senada.
Tapi untuk penyakit berat seperti kanker, mag kronis, gangguan jantung, dan lainnya, lazimnya dikombinasikan dengan metode pengobatan lain. Paling sering, chakra healing digabung dengan prana atau reiki sebagai penyembur energi. Bisa langsung ke cakra yang bermasalah (prana) maupun disemburkan ke sepanjang jalur meridian tempat bercokolnya cakra-cakra tadi (reiki).
Janti pun bercerita tentang seorang pasiennya, yang oleh dokter divonis tak mungkin lagi diobati, lantaran penyebaran kankernya sudah demikian parah. Namun, sambil meminum obat-obatan dan menjalani kemoterapi, pasien bersangkutan juga mengimbanginya dengan chakra healing. Baik dilakukan terpisah, maupun dikombinasikan dengan prana dan reiki. Hasilnya, makin lama si pasien merasakan penderitaannya kian berkurang.