Seorang psikolog sekaligus penggiat ilmu kesehatan dari timur, Chok Hiew pernah melakukan upaya pemulihan trauma dengan chikung. Para pasiennya adalah korban wilayah konflik kosovo, para korban eksploitasi dan korban tsunami di Thailand. Hasilnya adalah trauma berangsur-angsur menghilang.
Chok Hiew mewawancarai para pasien dari berbagai tingkatan usia yang merasakan manfaat terapi chikung dari yang mengalami depresi sampai diabetes, dari down syndrome sampai sindrom kelelahan kronis. Ia kemudia menulis buku mengenai terapi chikung.
Dengan chikung, Chok Hiew membanu upaya pemulihan trauma itu. Chok Hiew berupaya mengajarkan dan menemani para korban untuk meditasi chikung. Bagi yang meyakininya, meditasi chikung membantu mencapai keseimbangan energi dalam diri dan semesta, antara mikrokosmos dan makrokosmos.
Situasi itu membuat orang berada pada kondisi dimana tak ada lagi persepsi atau judgement. Hal inilah merupakan bentuk nyata bahwa meditasi sangat membantu seseorang mengembangkan spiritualitasnya. Kuncinya adalah latihan memusatkan perhatian.
Meditasi chikung juga memiliki penjelasan ilmiah dalam hal kebugaran spiritual yang tentunya berguna bagi penderita trauma. Bisa dijelaskan, tes darah pada orang stress akan memperlihatkan kadar kortisol yang tinggi. Beberapa alat kedokteran modern dapat memperlihatkan tingkat stress secara lebih jelas.
Dengan brain mapping bisa diukur tingkat alfa, beta dan tetha di gelombang otak. Orang yang stress persentase betanya tinggi. Pengurangan stress kortisolnya meningkat, endorphin menurun. Saat relaks, kortisol menurun dan endorphin meningkat. Keseimbangan itu yang menyebabkan orang merasa nyaman.
Prof. James Austin, Neurolog dan Prof. Emeritus dari pusat kesehatan Universitas Colorado dalam pertemuan Beyond the Brain IV di Yorkshire, Inggris tahun 2001 seperti dikutip dari sebuah situs, menyatakan adanya pembuktian bahwa meditasi akan membuat kondisi mental menjadi lebih baik, lalu adanya rasa cinta akan memperkuat sistem pertahanan tubuh.
Berbagai kajian terakhir juga memperlihatkan kondisi mental yang positif akan memicu gen yang memproduksi protein dan berdampak pada kehidupan sel-sel darah putih. Beberapa riset memperlihatkan hubungan langsung antara apa yang dipikir dengan perubahan kimiawi tubuh.
Chok Hiew mewawancarai para pasien dari berbagai tingkatan usia yang merasakan manfaat terapi chikung dari yang mengalami depresi sampai diabetes, dari down syndrome sampai sindrom kelelahan kronis. Ia kemudia menulis buku mengenai terapi chikung.
Dengan chikung, Chok Hiew membanu upaya pemulihan trauma itu. Chok Hiew berupaya mengajarkan dan menemani para korban untuk meditasi chikung. Bagi yang meyakininya, meditasi chikung membantu mencapai keseimbangan energi dalam diri dan semesta, antara mikrokosmos dan makrokosmos.
Situasi itu membuat orang berada pada kondisi dimana tak ada lagi persepsi atau judgement. Hal inilah merupakan bentuk nyata bahwa meditasi sangat membantu seseorang mengembangkan spiritualitasnya. Kuncinya adalah latihan memusatkan perhatian.
Meditasi chikung juga memiliki penjelasan ilmiah dalam hal kebugaran spiritual yang tentunya berguna bagi penderita trauma. Bisa dijelaskan, tes darah pada orang stress akan memperlihatkan kadar kortisol yang tinggi. Beberapa alat kedokteran modern dapat memperlihatkan tingkat stress secara lebih jelas.
Dengan brain mapping bisa diukur tingkat alfa, beta dan tetha di gelombang otak. Orang yang stress persentase betanya tinggi. Pengurangan stress kortisolnya meningkat, endorphin menurun. Saat relaks, kortisol menurun dan endorphin meningkat. Keseimbangan itu yang menyebabkan orang merasa nyaman.
Prof. James Austin, Neurolog dan Prof. Emeritus dari pusat kesehatan Universitas Colorado dalam pertemuan Beyond the Brain IV di Yorkshire, Inggris tahun 2001 seperti dikutip dari sebuah situs, menyatakan adanya pembuktian bahwa meditasi akan membuat kondisi mental menjadi lebih baik, lalu adanya rasa cinta akan memperkuat sistem pertahanan tubuh.
Berbagai kajian terakhir juga memperlihatkan kondisi mental yang positif akan memicu gen yang memproduksi protein dan berdampak pada kehidupan sel-sel darah putih. Beberapa riset memperlihatkan hubungan langsung antara apa yang dipikir dengan perubahan kimiawi tubuh.