Wellington:Tim ilmuwan yang melaksanakan survei komprehensif di perairan Antartika wilayah Selandia Baru menemukan kerajaan biota laut. Beberapa spesies menarik menghiasinya, termasuk ubur-ubur dengan tentakel hamping sepanjang 4 meter dan bintang laut raksasa yang diameternya hampir 1 meter.
"Ekspedisi 3.200 kilometer di Laut Ross ternyata sangat mengesankan, karena kami menemukan beberapa spesies baru," kata Chris Jones dari Badan Atmosfer dan Kelautan Amerika Serikat. Banyak ilmuwan kelautan yang nyaris gila karena gembira.
Temuan-temuan itu, kata Jones, tetap harus dipelajari oleh para ahli biologi kelautan untuk memastikan apakah benar baru. Meski begitu, survei merupakan metode paling komprehensif yang pernah dilakukan di Laut Ross. Selama ini, beberapa penelitian kecil memang telah dilakukan di sana dan tidak mengungkap hasil yang mengejutkan.
Dari survei terbaru, ilmuwan kelautan dari Institut Perairan Selandia Baru, Stu Hanchet, mencontohkan penemuan lainnya berupa bakung laut atau crinoid yang memanjang ratusan meter di dasar perairan dangkal Laut Ross. "Kami belum pernah melihat hamparan crinoid yang begitu besar di belahan dunia lain," katanya. "Beberapa spesies sea lilies yang ada juga tampak asing," dia menambahkan.
Banyak spesies raksasa, mulai bakung laut, ubur-ubur, sampai bintang laut sebesar nampan pizza, diduga disebabkan oleh dinginnya suhu, langkanya predator, dan tingginya kadar oksigen. Total sekitar 30 ribu spesimen berkumpul, yang ratusan di antaranya ada kemungkinan spesies baru.
Hanchet menjelaskan survei digelar sebagai bagian dari program Tahun Kutub Internasional yang melibatkan 23 negara untuk bekerja sama dalam survei kehidupan laut dan habitatnya di Antartika. Program selama 50 hari penuh ini diharapkan mampu menentukan efek pemanasan global terhadap kutub di selatan Bumi itu.
AMAL IHSAN | LIVESCIENCE
"Ekspedisi 3.200 kilometer di Laut Ross ternyata sangat mengesankan, karena kami menemukan beberapa spesies baru," kata Chris Jones dari Badan Atmosfer dan Kelautan Amerika Serikat. Banyak ilmuwan kelautan yang nyaris gila karena gembira.
Temuan-temuan itu, kata Jones, tetap harus dipelajari oleh para ahli biologi kelautan untuk memastikan apakah benar baru. Meski begitu, survei merupakan metode paling komprehensif yang pernah dilakukan di Laut Ross. Selama ini, beberapa penelitian kecil memang telah dilakukan di sana dan tidak mengungkap hasil yang mengejutkan.
Dari survei terbaru, ilmuwan kelautan dari Institut Perairan Selandia Baru, Stu Hanchet, mencontohkan penemuan lainnya berupa bakung laut atau crinoid yang memanjang ratusan meter di dasar perairan dangkal Laut Ross. "Kami belum pernah melihat hamparan crinoid yang begitu besar di belahan dunia lain," katanya. "Beberapa spesies sea lilies yang ada juga tampak asing," dia menambahkan.
Banyak spesies raksasa, mulai bakung laut, ubur-ubur, sampai bintang laut sebesar nampan pizza, diduga disebabkan oleh dinginnya suhu, langkanya predator, dan tingginya kadar oksigen. Total sekitar 30 ribu spesimen berkumpul, yang ratusan di antaranya ada kemungkinan spesies baru.
Hanchet menjelaskan survei digelar sebagai bagian dari program Tahun Kutub Internasional yang melibatkan 23 negara untuk bekerja sama dalam survei kehidupan laut dan habitatnya di Antartika. Program selama 50 hari penuh ini diharapkan mampu menentukan efek pemanasan global terhadap kutub di selatan Bumi itu.
AMAL IHSAN | LIVESCIENCE