Malang nian nasib yang dialami Nurlaila (35), warga dusun Pesisir desa Mlandingan Kulon kecamatan Mlandingan Situbondo. Perut janda dua anak tersebut membuncit hingga sebesar gentong.
Selama setahun terakhir Nurlaila hanya bisa duduk sepanjang hari. Hal itu karena semakin hari, perutnya kian membesar dan membuat dirinya kesulitan untuk tidur terlentang.
Menurut diagnose dokter ahli kandungan, Nurlaila mengidap penyakit kanker Kysta Istoma Ovarri stadium 4. Penderitaan Nurlaila berawal tiga tahun lalu. Dia merasakan sakit di bagian perut, kemudian dia memeriksakan diri ke dokter Puskemas.
Lantaran tidak bisa menentukan jenis penyakit Nurlaila, pihak Puskesmas merujuk ke RSUD Abdoerrahem. Dari hasil diagnose dokter spesialis menyatakan bahwa Nurlaila mengidap tumor jinak dan tidak perlu dikhawatirkan. Namun belakangan Nurlaila merasakan perutnya semakin membesar.
Setahun kemudian, Nurlaila meminta Kartu Layanan Jamkesmas dan Jamkesda dari Pemerintah Daerah untuk melakukan perawatan di RSUD setempat.
Dalam pelayanan, pihak rumah sakit kurang seirus memperhatikan perkembangan penyakit Nurlaila. Hal itu karena dia menggunakan Kartu Jamkesmas, padahal pada saat itu kanker yang diderita Nurlaila baru stadium 1 yang kemungkinan bisa disembuhkan dengan jalan operasi.
Selama 3 tahun, Nurlaila menanggung penderitaan. Mengetahui ada seorang warganya yang membutuhkan bantuan, Kades Mlandingan Kulon Solehuddin, membawa Nurlaila ke RSU dr. Syaiful Anwar Malang.
Dengan berbekal Surat Keterangan Miskin yang ditanda tangi Wabup Situbondo Rahmat,SH.M.Hum pada bulan April 2011 lalu. Namun lantaran penyakitnya sudah mencapai status stadium 4, pihak RSU dr. Syaiful Anwar tidak bisa melakukan operasi dengan alasan butuh biaya yang sangat besar. Sedangkan kondisi pasien beresiko tinggi jika dilakukan operasi.
Keluarga Nurlaila tidak mampu berbuat banyak karena mereka tidak punya uang untuk biaya operasi. Dengan terpaksa mereka membawa pulang Nurlaila kembali ke Situbondo.
Saat ini Nurlaila ditampung di rumah salah satu saudaranya. Suami Nurlaila meninggalkan isteri dan kedua anaknya tanpa alas an yang jelas, hingga kini tidak diketahui keberadaannya. Diduga kuat dia telah menikah lagi dengan perempuan lain.
Kades Solehuddin kembali membawa Nurlaila ke RSUD dr. Abdoerrahem dengan harapan mendapat penanganan medis dengan lebih baik, namun harapan itu tak terwujud, pihak rumah sakit tetap tidak bisa melakukan operasi karena terbentur masalah biaya. Hingga saat ini Nurlaila hanya pasrah terhadap penderitaan yang dialaminya, meski ia berharap bias sembuh seperti sedia kala.
Selama setahun terakhir Nurlaila hanya bisa duduk sepanjang hari. Hal itu karena semakin hari, perutnya kian membesar dan membuat dirinya kesulitan untuk tidur terlentang.
Menurut diagnose dokter ahli kandungan, Nurlaila mengidap penyakit kanker Kysta Istoma Ovarri stadium 4. Penderitaan Nurlaila berawal tiga tahun lalu. Dia merasakan sakit di bagian perut, kemudian dia memeriksakan diri ke dokter Puskemas.
Lantaran tidak bisa menentukan jenis penyakit Nurlaila, pihak Puskesmas merujuk ke RSUD Abdoerrahem. Dari hasil diagnose dokter spesialis menyatakan bahwa Nurlaila mengidap tumor jinak dan tidak perlu dikhawatirkan. Namun belakangan Nurlaila merasakan perutnya semakin membesar.
Setahun kemudian, Nurlaila meminta Kartu Layanan Jamkesmas dan Jamkesda dari Pemerintah Daerah untuk melakukan perawatan di RSUD setempat.
Dalam pelayanan, pihak rumah sakit kurang seirus memperhatikan perkembangan penyakit Nurlaila. Hal itu karena dia menggunakan Kartu Jamkesmas, padahal pada saat itu kanker yang diderita Nurlaila baru stadium 1 yang kemungkinan bisa disembuhkan dengan jalan operasi.
Selama 3 tahun, Nurlaila menanggung penderitaan. Mengetahui ada seorang warganya yang membutuhkan bantuan, Kades Mlandingan Kulon Solehuddin, membawa Nurlaila ke RSU dr. Syaiful Anwar Malang.
Dengan berbekal Surat Keterangan Miskin yang ditanda tangi Wabup Situbondo Rahmat,SH.M.Hum pada bulan April 2011 lalu. Namun lantaran penyakitnya sudah mencapai status stadium 4, pihak RSU dr. Syaiful Anwar tidak bisa melakukan operasi dengan alasan butuh biaya yang sangat besar. Sedangkan kondisi pasien beresiko tinggi jika dilakukan operasi.
Keluarga Nurlaila tidak mampu berbuat banyak karena mereka tidak punya uang untuk biaya operasi. Dengan terpaksa mereka membawa pulang Nurlaila kembali ke Situbondo.
Saat ini Nurlaila ditampung di rumah salah satu saudaranya. Suami Nurlaila meninggalkan isteri dan kedua anaknya tanpa alas an yang jelas, hingga kini tidak diketahui keberadaannya. Diduga kuat dia telah menikah lagi dengan perempuan lain.
Kades Solehuddin kembali membawa Nurlaila ke RSUD dr. Abdoerrahem dengan harapan mendapat penanganan medis dengan lebih baik, namun harapan itu tak terwujud, pihak rumah sakit tetap tidak bisa melakukan operasi karena terbentur masalah biaya. Hingga saat ini Nurlaila hanya pasrah terhadap penderitaan yang dialaminya, meski ia berharap bias sembuh seperti sedia kala.